Senin, 23 Maret 2009

Awan Dukacita menyilimuti GMIST


GMIST BERDUKACITA,
SEORANG HAMBA TUHAN "Pnt. Israel Pelongan (alm), Senin, 16 Maret 2009 telah dipanggil pulang ke pangkuan-Nya (masuk sorga). Manusia mengira-ngira jalan tapi Tuhan yang menentukan. Kuasa-Nya telah dinyatakan dalam kematian sebagai jalan keselamatan yang harus dilalui oleh hamban-Nya Bapak Israel Pelongan dalam keseharian tugas sebagai anggota BPL Sinode GMIST. almarhum meninggal karena 'diagnosis" sakit perut yang dialami pada hari jumat tanggal 13 Maret 2009, dan menurut dokter di RS Liung Kendage Tahuna, beliau menderita penyakit dalam, dengan demikian komplikasi dengan sakit perut telah menyebabkan almarhum meninggal dunia. pelayat duka membanjiri Rumahnya di kompleks pasar towo depan restauran Jein. Seorang Ayah, seorang hamba telahmeninggalkan semua orang yang ia kasihi dan cintai. Ibadah pemakaman jenazahnya berlangsung pada hari Kamis, tanggal 19 Maret 2009. Ibadah pemakaman di laksanakan di Rumah almarhum. Hadir BPL-BPH beserta seluruh pelayan gereja (Pendeta, vikaris, dan seluruh majelis jemaat Patmos Tahuna), dari pemerintah hadir mewakili Bupati dan Wakil Bupati yang sementara menjalani masa cuti kampanye adalah asisten III (Bpk Pnt. Drs. S.T. Makagansa, MM) hadir memberikan sambutan duka bagi keluarga dan para pelayat duka. Hadir memberikan sambutan duka dari pihak GMIST adalah ketua Umum Sinode GMIST (Pdt. W.B. Salindeho, S.Th).
Ibadah pelepasan jenazah dari rumah menuju Gereja dilayanai oleh Pdt. E. Diamanis, S.Th (Ketua Resort Tahuna), dan ibadah pemakaman yang dilaksanakan di dalam Gereja GMIST Patmos Tahuna di pimpin oleh Pdt. A. Makasar, M.Th dan selesai ibadah pemakaman di Gereja, jenazah pun di bawa ke desa Tawali.
Kabut duka pun menghiasi suanan ibadah pemakaman, isak tangis dan linangan air mata membajiri tempat ibadah....kini GMIST telah kehilangan seorang tokoh gereja yang visioner dalam perjalanan ziarah tugas pengabdiannya bagi pertumbuhan gereja Tuhan di Sangihe.

BPH dan BPL serta semua pelayan (Pdt. Vikaris, dan seluruh majelis Jemaat) menyampaikan turut berduka cita yang amat dalam dan selalu mendoakan semoga Tuhan Yesus senantiasa menjadi penghibur dan selalu memberikan kekuatan bagi keluarga.


GMIST MENYAMBUT WORLD OCEAN CONFERENCE (WOC), MEI 2009
21 Maret 2009

World Ocean Conference telah diambang pintu, tepatnya bulan Mei 2009 mendatang. Berbagai hal telah dilakukan melalui langkah strategis sebagai bagian dari partisipasi Gereja dalam pembangunan bangsa dan negara. Iven bertajuk Internasional ini disikapi dengan penuh keseriusan oleh BPL dan BPH Sinode GMIST, melalui beberapa program yang teramandemen pada Sidang Sinode Khusus di Resort Tagulandang. Kalau pun Pengkab Sangihe melalui seluruh stake holder telah membenahi segala sarana-prasarana untuk menunjang WOC yang dilaksanakan oleh pemerintah Propinsi Sulut, maka GMIST pun tidak hanya menjadi penonton, tetapi terlibat secara partisipatif melalui beberapa action plan, a.1. Pembenahan segala aset GMIST 'SITUS SEJARAH' penginjilan yang telah ditinggalkan oleh Zendling 'VOC' melalui lembaga misioner yang menangani tenaga misionari "zendling tukang' 'E.T. Steller (Makam E.T. Steler di Manganitu beserta dengan rumah Tua, Perumahan dan juga sekaligus rumah tempat pembinaan guru-guru Injil di Gunung Manganitu) dan kawan-kawan yang dikirim ke Indonesia Timur untuk menjawab kebutuhan pelayanan gereja.
Di gunung Manganitulah, pada : Sabtu, 21 Maret 2009 Ketua Sinode (Pdt. W.B. Salindeho, S.Th), Sekretaris Umum (Pdt. P. Madonsa, S.Teol), Vik. Herman Ginzel, M.Th (Pimpinan Redaksi Buletin Corong Mimbar GMIST) dan Pdt. Ronny Lewerissa, S.Si (Sekretaris LPM-PARPEM GMIST) bersama dengan masyarakat kampung dan BPH Resort Manganitu serta jemaat yang ada di sekitar perumahan E.T. Steler di Gunung mulai membenahi, membersihkan dan membicarakan beberapa hal teknis dan taktis untuk turut mensukseskan WOC. Di Rumah Tua tanpa penghuni pada halaman depan bagian kanan terdapat 2 buah pohon beringin besar yang begitu rimbun, dalam tatapan yang menerawang membuat jatung agak sedikit berdebar karena suasananya agak sedikit mencekam 'seram'.
Dinding yang terbuat dari kayu sudah mulai lapuk termakan hujan dan panas, ada jejak-jejak kehidupan di dalam melalui beberapa tanda bekas-bekas binatang hutan "Kelelawar" yang beterbangan keluar dan juga pada dinding dan loteng 'flafon' tampak pemandangan indah 'ada sarang burung walet yang menempel begitu banyak'. Wah harta karun yang belum digali potensinya di Rumah peninggala E.T. Steler.
Di bagin belakang 'dulunya' satu bilik kamar tidur kini sudah rusak, karena dinding dan atap telah hancur dimakan rayap dan terkubur dalam pembusukan. Namun keindahan rongsokan peti "brangkas" tempat penyimpanan harta dan uang tergeletak di atas lantai yang penuh dengan rayap tumbuhan jalar. Ketika didekati, ternyata brangkas tersebut sudah terbuka dan di dalamnya hanya ada sarang laba-laba, se ekor laba-laba dan gumpalan tanah-tanah yang mempercepat pembusukan brangkas baja tersebut. Wah...situs sejarah yang tidak mendapat perhatian untuk dirawat serta difasilitasi sebagai media potensi wisata untuk gereja maupun pemerintah.
Apa tanggapan ketua Umum Sinode GMIST, papa Ade panggilan akrab, menyampaikan dalam percakapan dengan saya, Brangkas ini baiknya diamankan dibersihkan, lalu bagaimana caranya agar kelihatan agak sedikit indah tanpa meninggalkan kesan sebagai situs sejarah peninggalan. Kalau boleh dibuat lemari kaca untuk dipajang, supaya tamu-tamu manca negara 'tourism lokal dan internasional' dapat melihat situs sejarah peninggalan Zendling di Gunung.
Matahari sudah mulai tinggi, semangat para team kerja untuk membersihkan 'bukan membedah" pun terus mengalir tak henti-hentinya, tepat pada jam 01.00 Wita semua menikmati waktu istirahat untuk santai sambil menikmati makan siang yang telah disediakan oleh pelka perempuan jemaat. Apa yang disantap di serambi Rumah Tua E.T. Steler : Wah, di meja telah disediakan bubur campur kelapa stengah tua, ada pisang goreng dan teh gula...Ketua Sinode pun dan Sekum mempersilahkan para pekerja untuk makan. Sambil makan ternyata ada tamu yang datang...dan dari informasi rupanya mereka juga mempercakapkan mengenai persiapan untuk menjemput WOC...pembaca...di Gunung tepatnya di depan rumah E.T.Steler ada obat mujarab yang menurut kepercayaan masyarakat dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Mau tau apa obatnya : rumah semut 'benalu batu" yang tumbuh di pohon beringin dan pohon cengkih tepatnya di depan rumah Tua...
Jam telah menunjukkan pukul 02.00, halaman rumah sudah dibersihkan, dan tampaklah pemandangan yang begitu indah dan asri. Di depan rumah "halaman rumah" ada potensi perikanan "ada kolam' tambak ikan" yang di buat oleh Steler dulu. Di tata begitu indah dan apik...airnya kalau sudah kembali mengalir maka perpaduan arsitek buatan tangan manusia dan arsitek alamiah akan menunjukkan keindahan yang tidak tiada taranya. Sebuah ases gereja yang dapat dijadikan sebagai objek parawisatan dunia...semoga...(her).