Kamis, 30 April 2009
Jejak Petualang Penginjil Tukang
Jejak Petualangan Penginjil Tukang
Oleh :Pdt.A.Makasar,M.Th/Vik.H.Ginzel,M.Th (editor)
Berbarengan dengan ekspansi VOC ke Negri rempah-rempah, di Eropa Badan Zendeling yang menangani urusan pekabaran Injil membuka kesempatan bagi pemuda-pemuda untuk menjadi misionaris itu berlangsung selang tahun l848. Memanfaatkan kesempatan yang ada maka Erens T. Steller seorang Jerman ingin memberi diri menjadi tenaga misionaris dibawa Badan Zendeling tukang. Zendeling Tukang adalah sebuah Badan yang didirikan oleh Lembaga Misioner Gereformmed untuk mengantisipasi kekosongan tenaga misionaris dibeberapa tempat yang sulit. Para tenaga misionaris ini datang dari latar belakang status sosial yang rendah sehingga mereka mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dimana mereka ditugaskan. Dengan demikian melalui ketrampilan yang dimiliki oleh Steller maka diapun diutus ke Pulau Sangir setelah ditahbiskan pada l7 Desember l854 di Jerman. Dalam kurun waktu 3 bulan setelah mereka tiba dari Jerman kemudian diberangkatkan dengan kapal “Stad Scheveningen” dari Rotterdam menuju Hindia. Kemudian Steller bersama kawan-kawannya menempuh pelayaran selang 95 hari menuju Batavia dan tepat pada tanggal 3 Juli 1855 kapal yang mengangkut mereka tiba di Batavia. Pada bulan Oktober 1856 Gubernemen memberikan izin kepada mereka untuk menjadi tenaga zendeling di pulau-pulau Sangihe dimana pada tanggal 5 Nopember 1856 mereka menerima dari pengurus Gereja Protestan di Batavia qualificatie-acte (surat hak sebagai pendeta), kemudian barulah pada tanggal 24 Oktober 1856 mereka dapat meneruskan perjalanan ke Manado. Tepatnya pada malam Tahun baru mereka tiba di pelabuhan Kema, dan langsung menginjakkan kaki perdana di daratan Minahasa. Selama kurang lebih setengah tahun mereka menetap di Minahasa dan membantu melakukan pekerjaan pelayanan, selanjutnya melakukan pelayaran ke pulau-pulau di Sangihe Talaud dengan menumpang kapal raja-raja hendak pulang setelah mengantar upeti kepada Gubernemen (gubernur). F.Keling dan A. Grohe di utus ke Siau dan Tagulandang. Keling bertugas di Ondong (Siau Barat dan Tagulandang), Grohe bertugas di Ulu Siau. Terbentur dengan masalah-masalah politik dan juga sikap raja-raja yang kurang toleran, maka pada tahun 1867 Grohe pindah ke pulau Sangihe Besar yang bagian selatannya masih termasuk wilayah Siau. Sementara itu E.T. Steller dan C.W.L.M. Schroder di utus ke Sangir Besar pada tanggal 20 Juni 1857 dari pelabuhan Manado bersama-sama dengan raja Manganitu menuju lapangan kerja mereka di Manganitu. Kedatangan mereka rupanya sudah diketahui oleh penduduk, sehingga pada tanggal 25 Juni ketika mereka tiba penduduk/masyarakat menyambut mereka dengan begitu hangat melalui nyanyian anak-anak sekolah. Steler tinggal di Manganitu yang merupakan wilayah pelayanannya sendangkan Schroder ditugaskan di wilayah Tabukan.
Kehadiran Steller telah membuat perubahan dan perkembangan terjadi di wilayah Manganitu dan sekitarnya dimana, ia membuka sekolah di Gunung Manganitu “pemuridan’. Pada sekolah ini mereka dididik dengan berbagai disiplin ilmu “pertanian, pertukangan dan pengetahuan “pendalaman alkitab” untuk menjadi penolong Injil guna membantu tugas pelayanannya. Berkat semangat dan kerja Steller maka telah terjadi transformasi yang luar biasa, sehingga jemaat-jemaat yang diasuh sudah boleh membaca, menyanyi bahkan ada yang tampil trampil menjadi tukang, menjadi ahli-ahli pertanian dan menjadi guru-guru penolong injil dan ilmu pengetahuan lainnya.
Melalui penginjil tukang maka menjadi sebuah wacana umum yang telah terheriditas dalam konsep masyarakat pada umum bahwa orang-orang Sangir terkenal sebagai tukang yang trampil dan professional, baik membangun rumah maupun membangun kapal. Sekali mendayung dua tiga pulau pun terlampau, begitu juga kisah sejarah E.T. Steller dalam kesibukan pelayanan ia pun menyempatkan diri untuk kawin dengan seorang perempuan yang dikirim oleh Badan Zendeling bernama Auguste Paulina Schrode (11 Mei 1859). Dari hasil perkawinannya dengan Auguste maka ia dikaruniakan 5 orang anak dan sesuai dengan permintaan pemerintah Hindia Belanda maka, anak-anaknya di sekolahkan di Belanda. Selama 40 tahun melayani sebagai penginjil tukang, maka Steller pun harus tutup usia pada 3 Januari 1897 di Manganitu, sedangkan Istrilnya 25 Mei 1889 dan keduanya dimakamkan di Kompleks rumah Pastori Gereja Manganitu sekarang Jemaat Petra Manganitu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Foto E.T. Steller backgraound biru hasil editan Alffian Walukow saat bertugas di Manganitu tahun 2001-2997, yg diserahkan ke kantor resort.
BalasHapus