Selasa, 14 Juli 2009
Peresmian Gedung Gereja Jemaat GMIST Kendagu Ruata
10 juli 2009
Jam 16.00 Wita, seluruh anggota jemaat GMIST KENDAGU RUATA TAHUNA menghadiri ibadah syukur peresmian gedung gereja yang telah selesai dibangun dengan besaran anggaran kurang lebih 1.3 milyar yang merupakan swadaya jemaat, bantuan dari pemerintah dan donatur dari dalam dan luar daerah. prosesi acara ibadah dimulai dengan penjemputan tamu dalam bentuk penyematan bunga (kepada semua tamu yang hadir)khusus untuk petinggi gereja dan pemerintah (kepala Daerah) disambut dan diarak-arakan melalui masamper yang mengantar sampai ke depan gedung gereja. Pembukaan acara peresmian diawali oleh ucapan selamat datang yang dibawakan oleh Ketua Jemaat Ibu Pdt.J.R.Loris-Malo,S.Teol, Laporan Panitia oleh Ketua Panitia, Pembacaan SK register aset GMIST/peresmian oleh Sekretaris umum Sinode GMIST, pembukaan selubung papan nama oleh Bapak Pnt.Drs.Winsulangi Salindeho (Bupati Kep. Sangihe), Penandatanganan prasasti oleh Ketua Umum sinode GMIST (Pdt.W.B.Salindeho,S.Th) dan Pnt.Drs.Winsulangi Salindeho (Bupati Kep.Sangihe), Pengguntingan pita oleh Pnt.Bapak J.E.Gaghana,SE.ME (Wakil Bupati Kep.Sangihe) penyerahan kunci dari Ketua Panitia Pembangunan kepada Ketua jemaat selanjutnya diserahkan kepada Ketua Umum Sinode GMIST membuka pintu utama Gedung Ibadah Jemaat GMIST Kendagu Ruata Tahuna.
Selesai pintu di buka, jemaat serta para undangan, Muspida Kab. Sangihe dipersilahkan masuk untuk mengikuti ibadah Syukur peresmian yang dipimpin oleh ketua Umum Sinode GMIST. Unsur liturgi yang didesain secara kontekstual menampilkan warna cultur Sangihe membuat ibadah menjadi life dan jemaat mengikuti ibadah dengan begitu khidmat. Memang kalau Tuhan yang menuntun, kalau Tuhan yang berkarya semua hal pasti dapat selesai dengan baik. Inilah suasana sukacita yang dirasakan oleh jemaat GMIST Kendagu Ruata, sebab kapal yang telah dilepas untuk mengarungi samudera lepas telah berlayar sampai ke tujuan walaupun banyak badai gelombang yang menerpa. Yesus Kristus adalah Sang Nakhoda Agung demikianlah sambutan dalam laporan yang dibacakan oleh ketua Panitia Pembangunan. Aset GMIST kini bertambah dan jika rekapitulasi segala aset GMIST (gedung gereja, sekolah dan lain-lai) tentulah bisa mencapai triliun rupiah. Kita harus mencitai GMIST, kita harus menerapkan prinsip sense of Belong for transform GMIST bukan hanya gedung gerejanya tapi juga manusianya (jemaat) karena aset fisik akan lebih megah ketika kekayaan dibangun pada sumber daya manusia. Kapal Kendagu Ruata boleh mencapai garis finish karena sistem manajemen keuangan pembangunan yang profesional, dan bukan hanya itu, karena dikerjakan untuk memuji Tuhan bukan untuk memuji manusia. Sambuntan-sambutan pun diberikan oleh Pnt.Drs. Winsulangi Salindeho dan Ketua Umum Sinode GMIST. Semoga Sejarah kesuksesan peresmian Gedung Gereja Kendagu Ruata dapat menjadi model bagi citra pelayanan untuk jemaat-jemaat lainnya di dalam tubuh GMIST untuk dapat berpacu, berlomba memberikan yang terbaik kepada Tuhan melalui pembangunan Rumah Tuhan.
Senin, 13 Juli 2009
Selayang Pandang sejarah Masamper
Oleh : Pdt.Calvyn Taunaumang,S.Th
Istilah Masamper sangat berkaitan denganmasuknya Injil di Kabupaten Sangihe Talaud, meskipun istilah Masamper bukan berasal dari bahasa Sangihe-Talaud. Istilah masamper muncul bersamaan waktunya dengan kebiasaan membawakan lagu-lagu di dalam ibadah oleh sekelompok penyanyi Gereja yang dibina oleh para penginjil. Kelompok penyanyi dimaksud dalam bahasa Portugis disebut Zyangeer dan dalam bahasa Belanda di SEbut Zangvereeninging. Kedua istilah ini mengalami proses adaptasi di beberapa bahasa dengan menyebut Sampri, kemudian Samper, lalau berkembang menjadi Masamper. akhirnya mendapat tambahan kata kerja menajdi Masampere yang berarti menyanyi bersama-sama dengan cara berbalas-balasan.
Istilah Masamper yang kini popular dan telah dibakukan menjadi masamper dari bahasa Belanda Zanger yang berarti penyanyi. Motif pemberian nama ini sesuai dengan kenyatan bahwa orang SAngihe sangat menggemari nyanyian atau seringkali menyanyi. dan memang kebiasaan menyanyi di Kepulauang Sangihe-Talaud memegang peranan penting. Bahkan Masamper telah masuk Rekor MURI.
Selanjutnya, menurut sejarah menyanyi dengan cara berbalas-balasan ditemukan dalam upacara mesundeng yaitu upacara yang dilaksanakan untuk mempersembahkan korban dengan maksud meminta kesaktian teanaga dan kekuatan tubuh. Manfaat upacara ini adalah untuk peperangan serta menghadapi kekuatan-kekuatan gaib yang jahat. Menyanyi dengan cara berbalas-balasan juga ditemukan dalam upacara mengundang Banua yaitu upacara mengobati atau menolak segala bencana. Praktek menyanyi dalam kedua upacara tersebut terjadi pada abad ke 13 sampai abad ke 16. selain itu, praktek menyanyi digunakan sebagai sarana hiburan dan rekreasi manakala ada pesta perkawinan, peminangan dan pengucapan syukur.
Seiring peredaran waktu, praktek Masamper yang semula ditujukan untuk menyebah dewa tertinggi (= I Ghenggona langi) oleh para Zending (Penginjil Tukang) dalih fungsikan untuk menyembah Tuhan Allah, sang Pencipta langit dan bumi serta segala isinya (oprang Sangihe menyebut : I Ghenggona langi Duatang Saluruang) karena itu, tema lagu ada tiga. Pertama, tema Religius (sperti : Puji-pujian, Kelahiran, Kematian, Peperangan Rohani). Kedua, tma sosial-kemasyarakatan) seperti : Pertemuan, Perpisahan, Budi baik, Kenangan ayah-bunda, Cinta sesama). Ketiga, tema Sastra (seperti : Alam semesta). Cara pelaksanaannya dimulai dengan lagu Pertemuan, diakhiri lagu Perpisahan. Diantara itu, ada lagu puji-pujian dan ucapan Syukur, dan pengeluhan. Juga lagu Perjuangan, Percintaan, Sastra daerah, Penghiburan, Kematian, Sukacita Kelahiran, dan Kenangan Ayah-Bunda.
Dalam Masamper hal pokok adalah Ketepatan dan kebenaran membalas lagu yang didendangkan oleh pemimpin dan seluruh Kelompok penyanyi, bukan sekedar menyanyi. Sekarang ini Masamper yang dalam buku "Sastra Lisan Sangihe Talaud" termasuk pada tradisi sastra lisan telah menajdi Khazanah budaya masyarakat Sangihe-Talaud dan Integral dalam budaya Nasional Bangsa Indonesia. BAhkan digunakan sebagai sarana Injil yaitu untuk menyembah, memuji dan memuliakan Tuhan Allah, I Ghenggona lagi Duatang Saluruang, yang tetap berkarya dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus melalui hamba-hambaNya bagi pertumbuhan Gereja, masyarakat dan Bangsa.
Oleh karena itu, seyogianya ktia terus mewariskan Masamper kepada Generasi-generasi selanjutnya. Dengan tujuan : memuliahkan Tuhan, mempererat ikatan Kekeluargaan, menumbuhkan persaudaraan dalam bermasyarakat, dan memperkokoh Kesatuan Bangsa, serta meningkatkan kebersamaan umat beragama.(salam redaks
Istilah Masamper sangat berkaitan denganmasuknya Injil di Kabupaten Sangihe Talaud, meskipun istilah Masamper bukan berasal dari bahasa Sangihe-Talaud. Istilah masamper muncul bersamaan waktunya dengan kebiasaan membawakan lagu-lagu di dalam ibadah oleh sekelompok penyanyi Gereja yang dibina oleh para penginjil. Kelompok penyanyi dimaksud dalam bahasa Portugis disebut Zyangeer dan dalam bahasa Belanda di SEbut Zangvereeninging. Kedua istilah ini mengalami proses adaptasi di beberapa bahasa dengan menyebut Sampri, kemudian Samper, lalau berkembang menjadi Masamper. akhirnya mendapat tambahan kata kerja menajdi Masampere yang berarti menyanyi bersama-sama dengan cara berbalas-balasan.
Istilah Masamper yang kini popular dan telah dibakukan menjadi masamper dari bahasa Belanda Zanger yang berarti penyanyi. Motif pemberian nama ini sesuai dengan kenyatan bahwa orang SAngihe sangat menggemari nyanyian atau seringkali menyanyi. dan memang kebiasaan menyanyi di Kepulauang Sangihe-Talaud memegang peranan penting. Bahkan Masamper telah masuk Rekor MURI.
Selanjutnya, menurut sejarah menyanyi dengan cara berbalas-balasan ditemukan dalam upacara mesundeng yaitu upacara yang dilaksanakan untuk mempersembahkan korban dengan maksud meminta kesaktian teanaga dan kekuatan tubuh. Manfaat upacara ini adalah untuk peperangan serta menghadapi kekuatan-kekuatan gaib yang jahat. Menyanyi dengan cara berbalas-balasan juga ditemukan dalam upacara mengundang Banua yaitu upacara mengobati atau menolak segala bencana. Praktek menyanyi dalam kedua upacara tersebut terjadi pada abad ke 13 sampai abad ke 16. selain itu, praktek menyanyi digunakan sebagai sarana hiburan dan rekreasi manakala ada pesta perkawinan, peminangan dan pengucapan syukur.
Seiring peredaran waktu, praktek Masamper yang semula ditujukan untuk menyebah dewa tertinggi (= I Ghenggona langi) oleh para Zending (Penginjil Tukang) dalih fungsikan untuk menyembah Tuhan Allah, sang Pencipta langit dan bumi serta segala isinya (oprang Sangihe menyebut : I Ghenggona langi Duatang Saluruang) karena itu, tema lagu ada tiga. Pertama, tema Religius (sperti : Puji-pujian, Kelahiran, Kematian, Peperangan Rohani). Kedua, tma sosial-kemasyarakatan) seperti : Pertemuan, Perpisahan, Budi baik, Kenangan ayah-bunda, Cinta sesama). Ketiga, tema Sastra (seperti : Alam semesta). Cara pelaksanaannya dimulai dengan lagu Pertemuan, diakhiri lagu Perpisahan. Diantara itu, ada lagu puji-pujian dan ucapan Syukur, dan pengeluhan. Juga lagu Perjuangan, Percintaan, Sastra daerah, Penghiburan, Kematian, Sukacita Kelahiran, dan Kenangan Ayah-Bunda.
Dalam Masamper hal pokok adalah Ketepatan dan kebenaran membalas lagu yang didendangkan oleh pemimpin dan seluruh Kelompok penyanyi, bukan sekedar menyanyi. Sekarang ini Masamper yang dalam buku "Sastra Lisan Sangihe Talaud" termasuk pada tradisi sastra lisan telah menajdi Khazanah budaya masyarakat Sangihe-Talaud dan Integral dalam budaya Nasional Bangsa Indonesia. BAhkan digunakan sebagai sarana Injil yaitu untuk menyembah, memuji dan memuliakan Tuhan Allah, I Ghenggona lagi Duatang Saluruang, yang tetap berkarya dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus melalui hamba-hambaNya bagi pertumbuhan Gereja, masyarakat dan Bangsa.
Oleh karena itu, seyogianya ktia terus mewariskan Masamper kepada Generasi-generasi selanjutnya. Dengan tujuan : memuliahkan Tuhan, mempererat ikatan Kekeluargaan, menumbuhkan persaudaraan dalam bermasyarakat, dan memperkokoh Kesatuan Bangsa, serta meningkatkan kebersamaan umat beragama.(salam redaks
Register Peserta Group Masamper yang akan berangkat ke Siau
Lewat rapat pertemuan yang dilaksanakan pada Selasa, 14 Juli 2006, di Gedung Gereja Jemaat GMIST Efata, maka peserta yang telah teregister sbb :
Nama Jumlah Kategori/seri A-B Nama Pimpinan Group
1. Nagha II 40 orang A John Bulamey
2. Nahepese 30 orang A Iwan Tatasingidelu
3. Batuderang 37 orang B Abner Saiang
4. Bungalawang
Tahuna 40 orang A/B Alex. H.T Sangkilang
5. Eben Haezer
Manganitu 30 orang B Nober Ladani
6. Torsina Lehupu 28 orang B Zwingli Pandermol
7. Lenganeng 35 orang A F.S Manopo
8. Lapango 45 orang A P.R. Damasing
9. Beha (Tabut) 32 orang B S. Tamarol
10. NIP (NTB) 30 orang A C. Pansariang
11. Palahanaeng 30 orang B Pdt. J.Tatinting
12. Zaitun Paghulu 28 orang A K. Mare
13. Bethel Kalemba 30 orang B Jefrain L
14. Kalvari Kendahe 50 orang A Srarcor Sasiang
Jumlah sementera 485 orang
Nama Jumlah Kategori/seri A-B Nama Pimpinan Group
1. Nagha II 40 orang A John Bulamey
2. Nahepese 30 orang A Iwan Tatasingidelu
3. Batuderang 37 orang B Abner Saiang
4. Bungalawang
Tahuna 40 orang A/B Alex. H.T Sangkilang
5. Eben Haezer
Manganitu 30 orang B Nober Ladani
6. Torsina Lehupu 28 orang B Zwingli Pandermol
7. Lenganeng 35 orang A F.S Manopo
8. Lapango 45 orang A P.R. Damasing
9. Beha (Tabut) 32 orang B S. Tamarol
10. NIP (NTB) 30 orang A C. Pansariang
11. Palahanaeng 30 orang B Pdt. J.Tatinting
12. Zaitun Paghulu 28 orang A K. Mare
13. Bethel Kalemba 30 orang B Jefrain L
14. Kalvari Kendahe 50 orang A Srarcor Sasiang
Jumlah sementera 485 orang
Minggu, 12 Juli 2009
KABUT DUKA MENYILIMUTI KAMPUNG LESABE-TABSEL
Jumat 10 Juli 2009
Pnt.J.Moris Lombo (Sekretaris Jemaat GMIST Oikumene Lesabe)dipanggil oleh Sang Pemilik Kehidupan (Tuhan Allah) untuk mengalami hidup baru bersama Bapak-Bapak Gereja yang telah mendahului almarhum di Yerusalem yang baru sejak zaman PL samapi PB dalam zaman sejarah gereja abad-abad pertama sampai saat ini. Syair NKB 169 "Tenang dan Sabarlah" menjadi nyanyian penghiburan yang patut diberikan kepada keluarga yang ditinggalkan. Almarhum telah berjumpa dengan Allah Bapa di takhta kerajaan Sorga, dalam perjumpaan dengan Sang Hidup yang kekal, Dia (Tuhan) akan menghibur almarhum di masa lelah dalam menjalankan tugas tanggung jawab sebagai abdi Allah "dalam kapasitas selaku:Sekretaris Jemaat GMIST Oikumene Lesabe". Almarhum adalah tipe figur tokoh gereja yang bertanggung jawab dalam memikul tugas pelayanan. Seluruh tenaga, pikiran, dan waktu dipakai oleh almahrhum untuk memuliakan Tuhan Allah. Kini, orang penting, sosok yang dihormati dan dihargai, bahkan figur yang patut diteladani karena keseriusan, kesabaran serta semangat melayani yang tinggi telah pergi, telah tiada. Bagi semua warga jemaat GMIST Oikumene Lesabe tentunya ini merupakan sebuah peristiwa yang memilukan, yang mendukacitakan yang amat berat untuk diterima. Almarhum orang yang aktif, kreatif serta tipe pelayan yang kalem, pendiam namun selalu menyediakan waktu untuk membagi cerita pengalaman serta ada waktu senda-gurau pelepas lelah dari kegiatan pelayanan. Kabut duka, awan duka bahkan tangisan dan linangan air mata dukacita kini menyilimuti, membanjiri kampung Lesabe...Pemimpin redaksi corong mimbar GMIST (red.Vikaris Herman Ginzel, M.Th) ketika dihubungi lewat hp oleh wakil ketua Jemaat GMIST Oikumene Lesabe Bpk Jeanri Labia pagi-pagi jam 07.00 dan waktu itu vikaris baru tiba di Manado tanggal 11 Juli dengan kapal KM. Terasancta dengan tujuan akan mengikuti ibadah permandian "baptisan anak" dari orang Tua angkat Vikaris di Ranotana Manado jemaat GMIM Bethesda pun kaget dengan informasi mengenai meninggalnya bapak Sekretaris yang begitu mendadak. Karena pada hari kamis, tanggal 9 Juli 2009 sekitar jam 12.00 vikaris sempat berjumpa dengan almarhum di samping Kantor Pos Tahuna tepat di tempat parkir motor. Pada saat itu, almarhum melihat vikaris dan mendekati serta mengulurkan tangan untuk bersalaman, pada saat itu sek J.M. Lombo, seperti kerinduan memegang tangan vikaris terus tidak mau lepas sambil bercerita dan menunjukkan buku-buku tulis di tas yang baru dibeli untuk perlengkapan sekolah anaknya Ei yang sudah duduk di bangku kelas 7 SMP Manalu. Senyum serta keramahan dan keakraban pun tercipta pada suasana itu. Hal inilah yang membuat vikaris tidak percaya ketika mendapat informasi dari bapak wakil "Pnt.J.L. Namun lewat penjelasan yang begitu serius dari pa Jeari, akhirnya Vikaris pun menjadi percaya dan keputusan yang di ambil adalah membatalkan kegiatan di Manado, harus kembali pulang ke Tahuna untuk mengikuti acara pemakaman, sebab jadwal kapal ke Tahuna hanya hari Sabtu dan Senin, hari Minggu tidak ada. Kalau senin kapal cepat nati tibanya di tahuna jam 17.00 berarti terlambat untuk acara ibadah pemakaman. Jalan Tuhan siapa yang tahu, inilah yang harus diterima oleh kita semua dan harus mengimani bahwa sampai 1 detik pun itu Tuhan punya...Vikaris merasa kehilangan orang yang sangat akrab begitu juga jemaat GMIST Oikumene Lesabe, seluruh Majelis, BPH dan BPL...tapi harus ingat semangat dari almarhum, keteladanan dan semua hal yang pernah almarhum lakukan semasa hidupnya, itu akan senantiasa mengisi dan menghiasi rasa kehilangan. Almarhum akan menjadi bahagia di kehidupan yang baru ketika semua rekan pelayan dan jemaat mau melakukan apa yang pernah almarhum buat semasa pelayanannya...almarhum pasti inginkan bagi kita yang telah ia tinggalkan untuk lanjutkan tugas pelayanan untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus...Bagi keluarga, Istri dan anak tercinta..adik Ei...harus sabar dan tabah menerima semua ini...harus yakin bahwa Tuhan Yesus akan menjadi kepala Keluarga , menjadi pengganti Papa bagi Ei dan juga menjadi pengganti suami bagi mama Ei...Tuhan senantiasa melindungi, memberkati dan memberikan kekuatan kepada keluarga besar Lombo...(Selamat jalan Pak Sek....) kami rekan-rekan pelayan di jemaat GMIST Oikumene Lesabe akan terus mengenang semua hal yang pernah engkau buat baik bagi pertumbuhan iman warga gereja di Lesabe....Kasih karunia akan kauterima dari TuhanMu, sumber Alhayat, gelombang dahsyat takkan menerpamu, karena di bawah kuasa Tuhanmu.
Pnt.J.Moris Lombo (Sekretaris Jemaat GMIST Oikumene Lesabe)dipanggil oleh Sang Pemilik Kehidupan (Tuhan Allah) untuk mengalami hidup baru bersama Bapak-Bapak Gereja yang telah mendahului almarhum di Yerusalem yang baru sejak zaman PL samapi PB dalam zaman sejarah gereja abad-abad pertama sampai saat ini. Syair NKB 169 "Tenang dan Sabarlah" menjadi nyanyian penghiburan yang patut diberikan kepada keluarga yang ditinggalkan. Almarhum telah berjumpa dengan Allah Bapa di takhta kerajaan Sorga, dalam perjumpaan dengan Sang Hidup yang kekal, Dia (Tuhan) akan menghibur almarhum di masa lelah dalam menjalankan tugas tanggung jawab sebagai abdi Allah "dalam kapasitas selaku:Sekretaris Jemaat GMIST Oikumene Lesabe". Almarhum adalah tipe figur tokoh gereja yang bertanggung jawab dalam memikul tugas pelayanan. Seluruh tenaga, pikiran, dan waktu dipakai oleh almahrhum untuk memuliakan Tuhan Allah. Kini, orang penting, sosok yang dihormati dan dihargai, bahkan figur yang patut diteladani karena keseriusan, kesabaran serta semangat melayani yang tinggi telah pergi, telah tiada. Bagi semua warga jemaat GMIST Oikumene Lesabe tentunya ini merupakan sebuah peristiwa yang memilukan, yang mendukacitakan yang amat berat untuk diterima. Almarhum orang yang aktif, kreatif serta tipe pelayan yang kalem, pendiam namun selalu menyediakan waktu untuk membagi cerita pengalaman serta ada waktu senda-gurau pelepas lelah dari kegiatan pelayanan. Kabut duka, awan duka bahkan tangisan dan linangan air mata dukacita kini menyilimuti, membanjiri kampung Lesabe...Pemimpin redaksi corong mimbar GMIST (red.Vikaris Herman Ginzel, M.Th) ketika dihubungi lewat hp oleh wakil ketua Jemaat GMIST Oikumene Lesabe Bpk Jeanri Labia pagi-pagi jam 07.00 dan waktu itu vikaris baru tiba di Manado tanggal 11 Juli dengan kapal KM. Terasancta dengan tujuan akan mengikuti ibadah permandian "baptisan anak" dari orang Tua angkat Vikaris di Ranotana Manado jemaat GMIM Bethesda pun kaget dengan informasi mengenai meninggalnya bapak Sekretaris yang begitu mendadak. Karena pada hari kamis, tanggal 9 Juli 2009 sekitar jam 12.00 vikaris sempat berjumpa dengan almarhum di samping Kantor Pos Tahuna tepat di tempat parkir motor. Pada saat itu, almarhum melihat vikaris dan mendekati serta mengulurkan tangan untuk bersalaman, pada saat itu sek J.M. Lombo, seperti kerinduan memegang tangan vikaris terus tidak mau lepas sambil bercerita dan menunjukkan buku-buku tulis di tas yang baru dibeli untuk perlengkapan sekolah anaknya Ei yang sudah duduk di bangku kelas 7 SMP Manalu. Senyum serta keramahan dan keakraban pun tercipta pada suasana itu. Hal inilah yang membuat vikaris tidak percaya ketika mendapat informasi dari bapak wakil "Pnt.J.L. Namun lewat penjelasan yang begitu serius dari pa Jeari, akhirnya Vikaris pun menjadi percaya dan keputusan yang di ambil adalah membatalkan kegiatan di Manado, harus kembali pulang ke Tahuna untuk mengikuti acara pemakaman, sebab jadwal kapal ke Tahuna hanya hari Sabtu dan Senin, hari Minggu tidak ada. Kalau senin kapal cepat nati tibanya di tahuna jam 17.00 berarti terlambat untuk acara ibadah pemakaman. Jalan Tuhan siapa yang tahu, inilah yang harus diterima oleh kita semua dan harus mengimani bahwa sampai 1 detik pun itu Tuhan punya...Vikaris merasa kehilangan orang yang sangat akrab begitu juga jemaat GMIST Oikumene Lesabe, seluruh Majelis, BPH dan BPL...tapi harus ingat semangat dari almarhum, keteladanan dan semua hal yang pernah almarhum lakukan semasa hidupnya, itu akan senantiasa mengisi dan menghiasi rasa kehilangan. Almarhum akan menjadi bahagia di kehidupan yang baru ketika semua rekan pelayan dan jemaat mau melakukan apa yang pernah almarhum buat semasa pelayanannya...almarhum pasti inginkan bagi kita yang telah ia tinggalkan untuk lanjutkan tugas pelayanan untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus...Bagi keluarga, Istri dan anak tercinta..adik Ei...harus sabar dan tabah menerima semua ini...harus yakin bahwa Tuhan Yesus akan menjadi kepala Keluarga , menjadi pengganti Papa bagi Ei dan juga menjadi pengganti suami bagi mama Ei...Tuhan senantiasa melindungi, memberkati dan memberikan kekuatan kepada keluarga besar Lombo...(Selamat jalan Pak Sek....) kami rekan-rekan pelayan di jemaat GMIST Oikumene Lesabe akan terus mengenang semua hal yang pernah engkau buat baik bagi pertumbuhan iman warga gereja di Lesabe....Kasih karunia akan kauterima dari TuhanMu, sumber Alhayat, gelombang dahsyat takkan menerpamu, karena di bawah kuasa Tuhanmu.
Rabu, 08 Juli 2009
ANUGERAH VOKAL GROUP
ANUGERAH VG
Group Musik Pop Rohani Anugerah Vokal Group dibawah asuhan Pdt.Y.Dalenoh,S.Th mendapat jamahan Tuhan. Sesuai dengan nama group 'Anugerah" bahkan lewat sinergitas serta pengutamaan pelayanan demi Kemuliaan Tuhan Yesus, akhirnya Anugerah VG boleh masuk studio rekaman dan Album Pop rohani perdana telah tercetak dan beredar di Wilayah Sulut. Produser adalah Ronnal Marthin.ST, asisten koordinator : Paulus Kansil. Tema album perdana yang di usung ke studio rekaman Edma Record adalah 'Dentang Akhir Zaman'. Tim ini benar-benar mendapat jamahan serta kuasa pemulihan dari Tuhan Yesus. keluar dari dunia hitam masuk ke dalam terang keilahian Sang Penebus, dengan satu kerinduan memuji Tuhan lewat talenta "suara". Inilah pengalaman hidup dan refleksi iman mereka, ketika ditemui oleh corong mimbar GMIST "Vik.Herman Ginzel, M.Th (Pimpinan Redaksi). Semangat pelayanan dan strategis pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari Pdt. Y.Dalenoh telah mengubah duri kaktus mengeluarkan bunga yang indah dan ulat telah di ubah menjadi kupu-kupu. Crew dari Anugerah VG sbb : Joost Wilhelmus. Drs. Jh The Tantu. Maz Dalegi. Hendra Katiandagho. Tery Nateri. John Pinori dan Reky Lawaring. Saat ini Anugerah VG sementara mempersiapkan album ke-2 yang menampilkan warna cultur Sulut "lagu-lagu berbahasa Sangihe dan Manado. Segera dapatkan kaset album perdana di kota anda dan nantikan album ke-2. Mari dendangkan dentang akhir zaman bersama Anugerah VG. artis dan bintang tamu : Rena Paponah.(Her)
Minggu, 05 Juli 2009
Pelka anak resort Tahuna membangun penginapan di Kampung Mahena
Perkemahan Raya Pelka anak GMIST Resort Tahuna menuai kesuksesan demi kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus yang menempatkan anak-anak sebagai locus dan basis pelayanan untuk mentransformasikan dunia. Perkemahan yang dilaksakan selama 4 hari dari tanggal 1 Juli - 4 Juli 2009 di lapangan Desa Mahena Kab. Kep Sangihe dibuka secara resmi oleh Pnt.Bpk.Drs. Winsulangi Salindeho (Bupati Kepulauan Sangihe) dan ditutup secara resmi oleh Pdt.Ny.J.R. Loris - Malo, S.Teol. Kegiatan perkemahan ini diisi dengan berbagai hal salah satunya materi-materi PA (siraman rohani). Pendidikan bagi anak-anak khususnya pendidikan kristen sangat penting bagi pertumbuhan iman-spritual dan untuk membentuk karakter, emosional serta pandagan hidup yang mencerminkan gaya hidup sebagai pengikut Kristus.
Lomba menghias tenda "kemah" juga dirangkaikan dalam even tersebut. Pelka anak jemaat Pekakentengan meraih juara 1 "The Winner". Selain kegiatan lomba hias tenda ada beberapa kegiatan lomba yang dibuat untuk melatih afektif, kognitif dan motoris anak-anak. Kegiatan ini mempunyai nilai pretisius yang urgen bagi sense of integriti, sense of loyality, sense of eksistency for take lucky in future tenses. Pokoknya melalui kegiatan perkemahan anak-anak GMIST akan menjadi figur pemimpin masa depan yang energi serta idealis. Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa orang dewasa red orang tua harus belajar menjadi seperti anak-anak kalau ingin menjadi pioner alias bukan saja sukses di dunia namun mendapat janji anugerah keselamatan ketika Tuhan datang pada kali yang ke dua sebagai Hakim Adil. (GBU).
Senin, 01 Juni 2009
Penunggalan Jemaat Puncak Berkat Hindang Bulaeng
Tagulandang, 24 Mei 2009
Kerinduan jemaat Haasi Mboko "Jemaat GMIST Puncak Berkat Hindang Bulaeng" untuk ditunggalkan menjadi jemaat baru yang dimekarkan dari jemaat Efrata Haasi akhirnya terwujud juga, Minggu 24 Mei 2009, Pdt.A.Makasar,M.Th (selaku ketua I)GMIST dipercayakan untuk meresmikan melalui pengguntingan pita gedung gereja yang baru dan sementara dalam proses penyelesaian pembangunan. Melalui surat keputusan penunggalan yang dikeluarkan oleh BPL Sinode GMIST, maka secara sah jemaat puncak Berkat Hindang Bulaeng pun diresmikan. Ibadah peresmian dilangsungkan pada pukul 09.00 wita. Hadir pada acara peresmian penunggalan adalah unsur tripika Kec. Tagulandang yang dibawa oleh bapak Camat Tagulandang, Bpk. G.P.Bawole,SIP. SK penunggalan dibaca oleh Sekretaris Resort Tagulandang Pdt. J.D.Break,S.Th. Sambutan dari pemerintah disampaikan oleh Bapak Camat Tagulandang dari pihak gereja oleh Pdt.A.Makasar,M.Th. Dalam sambutan yang disampaikan, camat Tagulandang mengingatkan kalau ada jemaat-jemaat (anggota) jemaat yang ingin membangun gereja atau membentuk jemaat sendiri berpisah dari jemaat induk, maka hal itu harus didasarkan atas konsep penatalayanan bukan karena keinginan diri sendiri yang dipicu oleh ketidakpuasan karena tidak dipilih atau diangkat menjadi ketua jemaat. Pada intinya pemekaran itu perlu untuk membantu akses pelayanan tapi bukan jabatan yang menjadi tujuan dari tujuan pemekaran atau penunggalan. Dengan tegas bapak Camat mengatakan kalau ada yang seperti itu dirinya tidak akan menyetujui sehingga segala administrasi untuk keperluan pembangunan dan lain-lain tidak akan dikeluarkan. Bapak camat memuji semangat membangun dari jemaat Haasi-Mboko kerena terbilang sebagai jemaat yang kecil hanya 2 kelompok, 45 KK dengan jumlah Majelis sebanyak 13 orang namun tokh boleh membangun melalui kerjasama yang baik untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi. ini harus menjadi model bagi jemaat-jemaat lain yang ingin membangun.
Pdt.A.Makasar,M.Th yang dipercayakan oleh Sinode untuk meresmikan penunggalan jemaat Haasi-Mboko Puncak Berkat Hindang Bulaeng, menyampaikan sambutan dengan membawa cerita tentang filosofi budaya Sangihe dalam bingkai berteologi secara kontekstual yaitu mengenai praktek sembilu. Sembilu adalah sebuah konsep mengenai identitas diri dan jati diri. ini mempunyai arti yang penting bagi nama yang diberikan kepada jemaat yang baru ini, yaitu Puncak Berkat Hindang Bulaeng, semoga apa yang diharapkan dibalik nama tersebut benar-benar dapat diaktualisasikan melalui semangat pelayanan membangun jemaat dalam tiga tugas panggilan gereja bersekutu, bersaksi dan melakukan pelayanan diakonia dalam bingkai ibadah yang memuji Allah.
Kerinduan jemaat Haasi Mboko "Jemaat GMIST Puncak Berkat Hindang Bulaeng" untuk ditunggalkan menjadi jemaat baru yang dimekarkan dari jemaat Efrata Haasi akhirnya terwujud juga, Minggu 24 Mei 2009, Pdt.A.Makasar,M.Th (selaku ketua I)GMIST dipercayakan untuk meresmikan melalui pengguntingan pita gedung gereja yang baru dan sementara dalam proses penyelesaian pembangunan. Melalui surat keputusan penunggalan yang dikeluarkan oleh BPL Sinode GMIST, maka secara sah jemaat puncak Berkat Hindang Bulaeng pun diresmikan. Ibadah peresmian dilangsungkan pada pukul 09.00 wita. Hadir pada acara peresmian penunggalan adalah unsur tripika Kec. Tagulandang yang dibawa oleh bapak Camat Tagulandang, Bpk. G.P.Bawole,SIP. SK penunggalan dibaca oleh Sekretaris Resort Tagulandang Pdt. J.D.Break,S.Th. Sambutan dari pemerintah disampaikan oleh Bapak Camat Tagulandang dari pihak gereja oleh Pdt.A.Makasar,M.Th. Dalam sambutan yang disampaikan, camat Tagulandang mengingatkan kalau ada jemaat-jemaat (anggota) jemaat yang ingin membangun gereja atau membentuk jemaat sendiri berpisah dari jemaat induk, maka hal itu harus didasarkan atas konsep penatalayanan bukan karena keinginan diri sendiri yang dipicu oleh ketidakpuasan karena tidak dipilih atau diangkat menjadi ketua jemaat. Pada intinya pemekaran itu perlu untuk membantu akses pelayanan tapi bukan jabatan yang menjadi tujuan dari tujuan pemekaran atau penunggalan. Dengan tegas bapak Camat mengatakan kalau ada yang seperti itu dirinya tidak akan menyetujui sehingga segala administrasi untuk keperluan pembangunan dan lain-lain tidak akan dikeluarkan. Bapak camat memuji semangat membangun dari jemaat Haasi-Mboko kerena terbilang sebagai jemaat yang kecil hanya 2 kelompok, 45 KK dengan jumlah Majelis sebanyak 13 orang namun tokh boleh membangun melalui kerjasama yang baik untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi. ini harus menjadi model bagi jemaat-jemaat lain yang ingin membangun.
Pdt.A.Makasar,M.Th yang dipercayakan oleh Sinode untuk meresmikan penunggalan jemaat Haasi-Mboko Puncak Berkat Hindang Bulaeng, menyampaikan sambutan dengan membawa cerita tentang filosofi budaya Sangihe dalam bingkai berteologi secara kontekstual yaitu mengenai praktek sembilu. Sembilu adalah sebuah konsep mengenai identitas diri dan jati diri. ini mempunyai arti yang penting bagi nama yang diberikan kepada jemaat yang baru ini, yaitu Puncak Berkat Hindang Bulaeng, semoga apa yang diharapkan dibalik nama tersebut benar-benar dapat diaktualisasikan melalui semangat pelayanan membangun jemaat dalam tiga tugas panggilan gereja bersekutu, bersaksi dan melakukan pelayanan diakonia dalam bingkai ibadah yang memuji Allah.
Langganan:
Postingan (Atom)