Senin, 13 Juli 2009

Selayang Pandang sejarah Masamper

Oleh : Pdt.Calvyn Taunaumang,S.Th

Istilah Masamper sangat berkaitan denganmasuknya Injil di Kabupaten Sangihe Talaud, meskipun istilah Masamper bukan berasal dari bahasa Sangihe-Talaud. Istilah masamper muncul bersamaan waktunya dengan kebiasaan membawakan lagu-lagu di dalam ibadah oleh sekelompok penyanyi Gereja yang dibina oleh para penginjil. Kelompok penyanyi dimaksud dalam bahasa Portugis disebut Zyangeer dan dalam bahasa Belanda di SEbut Zangvereeninging. Kedua istilah ini mengalami proses adaptasi di beberapa bahasa dengan menyebut Sampri, kemudian Samper, lalau berkembang menjadi Masamper. akhirnya mendapat tambahan kata kerja menajdi Masampere yang berarti menyanyi bersama-sama dengan cara berbalas-balasan.
Istilah Masamper yang kini popular dan telah dibakukan menjadi masamper dari bahasa Belanda Zanger yang berarti penyanyi. Motif pemberian nama ini sesuai dengan kenyatan bahwa orang SAngihe sangat menggemari nyanyian atau seringkali menyanyi. dan memang kebiasaan menyanyi di Kepulauang Sangihe-Talaud memegang peranan penting. Bahkan Masamper telah masuk Rekor MURI.
Selanjutnya, menurut sejarah menyanyi dengan cara berbalas-balasan ditemukan dalam upacara mesundeng yaitu upacara yang dilaksanakan untuk mempersembahkan korban dengan maksud meminta kesaktian teanaga dan kekuatan tubuh. Manfaat upacara ini adalah untuk peperangan serta menghadapi kekuatan-kekuatan gaib yang jahat. Menyanyi dengan cara berbalas-balasan juga ditemukan dalam upacara mengundang Banua yaitu upacara mengobati atau menolak segala bencana. Praktek menyanyi dalam kedua upacara tersebut terjadi pada abad ke 13 sampai abad ke 16. selain itu, praktek menyanyi digunakan sebagai sarana hiburan dan rekreasi manakala ada pesta perkawinan, peminangan dan pengucapan syukur.
Seiring peredaran waktu, praktek Masamper yang semula ditujukan untuk menyebah dewa tertinggi (= I Ghenggona langi) oleh para Zending (Penginjil Tukang) dalih fungsikan untuk menyembah Tuhan Allah, sang Pencipta langit dan bumi serta segala isinya (oprang Sangihe menyebut : I Ghenggona langi Duatang Saluruang) karena itu, tema lagu ada tiga. Pertama, tema Religius (sperti : Puji-pujian, Kelahiran, Kematian, Peperangan Rohani). Kedua, tma sosial-kemasyarakatan) seperti : Pertemuan, Perpisahan, Budi baik, Kenangan ayah-bunda, Cinta sesama). Ketiga, tema Sastra (seperti : Alam semesta). Cara pelaksanaannya dimulai dengan lagu Pertemuan, diakhiri lagu Perpisahan. Diantara itu, ada lagu puji-pujian dan ucapan Syukur, dan pengeluhan. Juga lagu Perjuangan, Percintaan, Sastra daerah, Penghiburan, Kematian, Sukacita Kelahiran, dan Kenangan Ayah-Bunda.
Dalam Masamper hal pokok adalah Ketepatan dan kebenaran membalas lagu yang didendangkan oleh pemimpin dan seluruh Kelompok penyanyi, bukan sekedar menyanyi. Sekarang ini Masamper yang dalam buku "Sastra Lisan Sangihe Talaud" termasuk pada tradisi sastra lisan telah menajdi Khazanah budaya masyarakat Sangihe-Talaud dan Integral dalam budaya Nasional Bangsa Indonesia. BAhkan digunakan sebagai sarana Injil yaitu untuk menyembah, memuji dan memuliakan Tuhan Allah, I Ghenggona lagi Duatang Saluruang, yang tetap berkarya dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus melalui hamba-hambaNya bagi pertumbuhan Gereja, masyarakat dan Bangsa.
Oleh karena itu, seyogianya ktia terus mewariskan Masamper kepada Generasi-generasi selanjutnya. Dengan tujuan : memuliahkan Tuhan, mempererat ikatan Kekeluargaan, menumbuhkan persaudaraan dalam bermasyarakat, dan memperkokoh Kesatuan Bangsa, serta meningkatkan kebersamaan umat beragama.(salam redaks

5 komentar:

  1. Dalo Su Mawu Ruata dengan Masamper kita kita memuji menyembah Tuhan Allah.

    "I GENGONA RANGI DUATANG SARURUNG"
    I GANDARANGI DUMUDURE I GURINTANG GUMENSA E PATO SASAKENE URE DALUKANG I MASA REWO ,,,
    SUBAKU-SUBAKU SIRUA TARANGI DUATA ENG SARURURANG I GENGONA PANGUNG BARERANG

    BalasHapus
  2. Sebenarnya yang paling tepat etimologi dari kata masamper adalah Zang Vrij (baca: sangfrei) yang kemudian mengalami adaptasi ke dalam bahasa Sangihe menjadi sampere lalu mendapat prefiks "ma-" (dalam bahasa Indonesia "me-"). Bukan Zangvereeniging - (yang benar Zangvereniging) yang berarti paduan suara rakyat). Jika etimologinya zangvereniging, hal itu terlalu jauh dalam mengalami proses adaptasinya menjadi sampere.
    Sedangkan zang vrij berarti menyanyi bebas dan proses adaptasinya sangat dekat (biasanya dilakukan pada malam kedukaan). Dalam perkembangannya, menyanyi bebas ini mengalami pertumbuhan dan pertambahan pola seperti metunjuke (pola menyanyi dalam masamper di mana beberapa orang berjalan keliling sambil menunjuk-nunjuk peserta masamper mengikuti birama lagu dan orang terakhir yang ditunjuk pada akhir lagu akan menggantikan orang yang menunjuknya) dan mebawelase (pola masamper di mana lagu dibawakan seperti berbalas pantun yang kini diteruskan dalam tradisi lomba masamper).

    BalasHapus
  3. bea... om ada yang punya video atau mp3 lagu nawalanting ga?
    saya cari2 ga ada nih...bisa minta tolong kalo ada yang punya...thanks. GBu

    BalasHapus
  4. 😍😍😍 , gak heran kita suka manyanyi ternyata ini alasannya tape nenek moyang juga suka 😍😍😍

    BalasHapus