Jumat, 24 Juli 2009

Bibble Camp Pelka remaja Wilayah III Resort SITIM

19 Juli 2009

Pelka remaja wilayah III resort Sitim mengikuti kegiatan bibble camp yang diselenggarakan oleh komisi pelka remaja wilayah III. Ketika diliput oleh tim redaksi buletin corong mimbar GMIST, Panitia penyelenggara yang diwakili oleh Grace Lanoh menyatakan bahwa even ini dilakukan sebagai media training center untuk mengisi hari-hari libur. Alasan lain yaitu ada banyak kegiatan gereja yang jarang menjadi objek adalah pelka remaja, misalkan Fesitival Pesparawi atau pun kalau ada kegiatan anak-anak sekolah minggu imbuh nona calon vikaris. Dengan demikian komisi pelka remaja rayon III memfasilitasi kegiatan ini sebagai kegiatan penting untuk melatih, membimbing, menuntun dan mengarahkan para remaja dengan berbagai ilmu. Result hoppe dari even ini adalah para remaja GMIST menjadi remaja yang kreatif dan inovatif. Bibble Camp yang diselenggrakan selama 2 hari di kantor Resort Siau Timur ini boleh dikata cukup sederhana, namun berkualitas dan berbobot input teachingnya bagi para remaja. Tampil sebagai pembicara tentang Kesehatan dan Lingkungan hidup adalah Dra. Kalebos-Budiman, Pdt.Dalenoh, S.Th (Ketua Resort) dengan materi PA, Pdt. A. Makasar dengan cerita rakyat tentang Lokong Banua, yang membuat peserta menggelitik karena ketika ditanya siapa yang tahu dengan Lokong Banua, secara spontan semua peserta menjawab Lokong Banua adalah kapal fery yang dibeli oleh Pemda untuk kepentingan akses transportasi Siau-Bitung....Wah...kalau setiap hari libur diisi dengan acara seperti ini..tentunya kedepan generasi kita "para remaja kristen" akan menjadi generasi ilmuwan yang takut akan Tuhan..jadi berilmu dan beriman..(salam).

Lokong Banua hadir pada pembukaan festival Mebawalase


Lokong Banua menjadi bintang tamu Festival mebawalase
di Resort Siau Timur (Ulu Siau)
Dalam rangka HUT Pelka Laki-Laki
Sinode GMIST 2009



Raja Sangihe “Lokong Banua” + 1615 mempunyai wilayah kekuasaan cukup Luas mulai dari kepulauan Sangihe-Talaud, bahkan sampai ke wilayah Manado khususnya di Manado Tua. Semasa Portugis, oleh karena kepentingan politik dan juga keamanan serta menyelamatkan kerajaannya, mau tidak mau, Lokong Banua harus menerima Baptisan di pulau Manado Tua dengan sebuah nama Baptis “Jeronimo”, saat itulah semua warganya ikut mengkonversi agama mereka menjadi Kristen tanpa terlebih dahulu menerima pengajaran ‘katekisasi (Doa Bapa Kami, menghafal Pengakuan Iman Rasuli). Rupa-rupanya ole-ole yang diberikan kepada para jemaat yang hadir memeriahkan festival dalam ibadah pembukaan yaitu makna simbolis dibalik pemberian nama melalui ritus sembilu “pemotongan pusa” dalam tradisi adat Sangihe. Cerita tentang rompong “tempat anak di rahu’ dipangang, juga menjadi cerita yang mengantar jemaat untuk menyelami kearifan budaya lokal “Sangihe” dalam memahami makna nilai moral-etik, dibalik semua sistem adat dan budaya. Aplikasi reflektif dari cerita rakyat yang mengandung makna historis dijelaskan oleh Pdt.A.Makasar bahwa setiap orang kristen atau orang percaya mempunyai predikat nama yaitu ekklesia yang tidak menunjuk kepada gedung gereja yang mewah, megah dan indah, tetapi secara implisit memunculkan makna simbolis sebagai orang-orang yang telah dipanggil keluar dari kegelapan menuju pada terang. Renungan ini sangat tepat dengan sebuah harapan melalui siraman wejangan hikmat oleh Ketua Pelka laki-laki Pnt.J.E.Gaghana, SE, ME dalam sambutan dan juga oleh Bapak Bupati Drs. Winsulangi Salindeho, dimana pelka laki-laki GMIST harus menunjungan image baru, citra baru dan ini menjadi era kebangkitan baru bagi pelka laki-laki GMIST untuk secara sinergi, secara bersama-sama dalam satu semangat pelayanan membangun GMIST melalui kegiatan pelka laki-laki yang terarah tertuju pada konsep pemuliaan kepada Yesus Kristus selaku Kepala Gereja.

Pada festival lomba mebawalase yang keluar sebagai juara adalah :
Juara Seri B :
1. Eben Haezer Manganitu
2. Betel Kalemba
3. Darokaweng (Tabukan Selatan)
Juara Seri A :
1. Putra Galangan
2. Lenganeng
3. Paghulu

Sukses dan selamat buat group yang berhasil menjadi pemenang serta panitia lokal selaku tuan rumah dan buat PAN penyelenggara kegiatan lomba Mebawalase…pekerjaan pelayanan kalian terus tercatat di dalam buku kitab kehidupan….dan ada saatnya semua hal yang dikerjakan untuk memuliakan Kristus akan dihitung dengan memakai quickly account……lanjutkan…..

Rabu, 22 Juli 2009

KM PRIMA JAYA MENGANTAR ROMBONGAN PELKA LAKI-LAKI GMIST KE ULU SIAU

Kamis 16 Juli 2009, group masamper berangkat dari Tahuna dengan menggunakan Kapal Motor Prima Jaya tepat pada pukul 15.30 Wita. Jumlah peserta sudah termasuk dengan suporter (penonton) + 400 orang. Dalam ketakutan dan kekhwatiran ada beberapa group masamper mengeluh dengan kapal yang akan dipakai untuk mengangkut mereka. Namun lewat semangat serta tanggung jawab pelayanan yang ditunjukkan oleh Pnt. J.E. Gaghana, SE,ME (Ketua Pelka Laki-laki Sinode GMIST, red : Wakil Bupati Kepulauan Sangihe) bersama dengan iman dari Pdt. A. Makasar,M.Th (Ketua I Sinode GMIST) yang naik ke kapal, maka menepislah semua ketakutan, kekhwatiran dari para peserta group masamper yang akan berangkat ke Ulu Siau. Sauh pun di angkat, kapal pun berlayar dengan pelan menuju pelabuhan Ulu Siau ditengah badai dan gelombang. Begitulah pengalaman para peserta group Mebawalase, Pnt. J.E. Gaghana telah menunjukkan ketegaran dan keteguhan iman serta karakter tipe pemimpin yang ideal serta visioner dan misioner. Kalau tipe pemimpin kristen seperti ini maka segala kegiatan gereja tidak ada yang terhambat. Dalam senda gurau dengan Pdt. A. Makasar, M.Th, Pnt. J.E.Gaghana mengatakan torang dua mau jadi tumbal dalam pelayaran ini, saat itulah suasana mengelitik pun terlepas mewarnai dan menghilangkan rasa takut terhadap cuaca yang kurang bersahabat bagi pelayaran. Kapal tiba di Ulu Siau pukul + 21.30 Wita, para pemimpin regu langsung melakukan chek and rechek terhadap para peserta beserta seluruh suporter. Panitia menjemput peserta dan terus mengantarkan ke penginapan sesuai dengan pembagian yang telah diatur. Kalau Tuhan Yesus menjadi Sang Hatohema Sejati, maka pelayaran dalam badai pun akan tetap tidak mengkwahtirkan, tapi justru mendewasakan dan memperkaya iman dalam kembara pelayanan. Titanic yang dibuat oleh sang arsitek dengan begitu bangga optimis bahwa kapal yang sangat besar tersebut tidak akan tenggelam namun, pada akhirnya karam ketika menabrak bongkahan es. Prima jaya yang ditakuti karena bobot yang kecil serta cuaca buruk ternyata memberikan pelayanan yang benar-benar prima, karena dipegang oleh Sang Hatohema, cuaca buruk, kapal kecil siapa takut ? Hal ini menjadi sebuah makna hidup bagi setiap orang percaya bahwa, apa pun yang kita lakukan jika itu dilakukan untuk memuji Tuhan maka Tuhan lah yang akan menuntun dan menyelesaikan perkara kita. Beda dengan pretisius dari sang arsitek kapal Titanic yang dibuat untuk kebanggaan manusia, pada akhirnya kuasa Tuhan menundukkan dan menaklukkan kesombongan manusia.

Ketua Pelka Laki-laki GMIST bersama rombongan Masamper Group

Kamis, 16 Juli 2009

MOU LAI-MANADO DAN GMIST


Alkitab bahasa Sangihe diluncurkan


LAI cabang Manado dipercayakan untuk melakukan kontrak kerja sama antara GMIST dengan LAI dalam rangka distribusi Alkitab Berbahasa Daerah Sangihe. Dengan ditandatanganinya kontrak kerja sama, maka Alkitab berbahasa Daerah didistribusikan kepada jemaat-jemaat yang tersebar di kepulauan Sangihe. Pendeta P. Madonsa,S.Teol (Sekum) dan Ketua Umum Sinode GMIST Pdt.W.B.Salindeho menerima tamu diruang kerja dihadiri disaksikan oleh Ketua I, Bendahara, dan dari Media "Buletin Corong Mimbar" hadir, Vik.Herman Ginzel.M.Th

Selasa, 14 Juli 2009

Boplang ditancap, Menandai Pembagunan Kantor Sinode GMIST dipacu


Selasa, 14 Juli 2009

Tim konsultan dan Tim Teknis Perencanaan pembangunan Kantor Sinode GMIST bersama Crew pada Selasa sore sekitar jam 16.30 tiba dilokasi pembangunan Kantor Sinode GMIST. Pada Saat yang tidak diduga, Pimpinan Redaksi Buletin Corong Mimbar GMIST mampir ke Kantor Sinode dalam tujuan perjalanan melihat-lihat rumah Dinas PARPEM GMIST, ternyata ada staf teknis dan ahli yang dipimpin langsung oleh Danny O. Balanehu, ST dan Sam. Y Londo, ST sementara membersihkan rumput liar yang telah tumbuh disekitar halaman kantor Sinode....tiang pengukur untuk pemasangan Boplang (bahasa arsitek) sementara diperagakanoleh seorang teknis lapangan. Tanpa menunggu lama, saya langsung mengambil kamera digital untuk mengabadikan gambar tim konsultan dan teknis lapalangan yang sementara bekerja pada sore itu. Ketika dimintai informasi mengenai apa maksud dan tujuan kedatangan mereka, sekaligus kegiatan pemasangan boplang, Bapak Sam dan Danny mengatakan bahwa mereka mendapat perintah langsung dari Ketua Panitia Pembangunan kantor Sinode GMIST (red.Pdt.Ny.M.Salindeho-Lintang,S.Th)dalam keseharian sebagai first lady Kab.Sangihe, tokoh gereja yang melayani jemaat serta masyarakat dengan satu keyakinan untuk memuliakan nama Tuhan Yesus dan juga sebagai anggota dewan Propinsi dari Kab. Sangihe terpilih saat ini.
Pembicaraan pun menjadi lebih menarik, karena menurut pak Danny dan Sam, ini merupakan tahap pengerjaan awal, dimana selesai pemasangan boplang, Panitia bersama tim konsultan dan teknis perencanaan pembangunan akan mengadakan rapat koordinasi untuk membicarakan semua hal secara konprehensif. Wah...sebuah berita yang begitu menyenangkan ketika sampai ke telinga saya sebagai pimpinan redakis buletin corong mimbar GMIST. ternyata harapan para pendeta GMIST dan semua warga jemaat GMIST telah terjawab sudah ketika kegiatan awal penancapan boplang terlihat...ini berarti akan menimbulkan sugestis bagi jemaat untuk secara berpartisipatif dengan daya dan dana secara sinergi memberikan yang terbaik untuk penyelesaian kantor sinode. karena kalau kantor ini dapat secepatnya dibangun, berarti GMIST akan maju satu langkah dengan model rental office yang permanent dan representatif untuk efektivitas dan profesional kerja dengan mengedepankan sistem manajemen kerja yang berkualitas agar GMIST akan menjadi gereja yang benar-benar melayani untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus.
Ternyata apa yang

Perjamuan dan Pelantikan Panitia pesparawi Pelka Laki-laki Sinode GMIST 2009


Minggu, 12 Juli 2009

Minggu, 12 Juli 2009

Jemaat Petra Manganitu mendapat kepercayaan penuh dari Pengurus Pelka Laki-laki/Panitia HUT pelka Laki-Laki Sinode GMIST 2009 untuk menjadi Tuan dan Nyonya Rumah penyelenggara lomba paduan suara pelka laki-laki tingkat Sinode GMIST. Kepercayaan tersebut terlegitimasi melalui pelantikan Panitia pada ibadah Minggu Pagi di Gedung Ibadah Jemaat Petra Manganitu yang merupakan icon sejarah GMIST melalui penginjil tukang E.T. Steler di Manganitu. Ketua Pelka Laki-laki Sinode GMIST Pnt.J.E.Gaghana,SE.ME hadir dalam ibadah minggu pagi sekaligus melantik dan membawakan sambutan. Hal yang paling berkesan dalam acara pelantikan tersebut adalah diwarnai oleh ibadah baptisan anak dan perjamuan kudus serta puji-pujian dari para anggota jemaat yang berhari ulang tahun yang telah diprogramkan oleh BPH dan BPL.
Pnt.J.E.Gaghana,SE.ME mendapat kehormatan dalam perjamuan yang dilaksanakan saat itu. Dimana ditempatkan dimeja simbol perjamuan yang diatur dalam arsitek Salib lambang penderitaan dan kemenangan.
Pdt. J.Kalibato-Kakoti,M.Th selaku ketua jemaat petra Manganitu memimpin ibadah perjamuan. Anggur dan Roti sebagai simbol darah dan tubuh Kristus pun di tumpahkan ke cawan dan dipecahkan (roti) diberikan secara simbolis kepada orang nomor dua di Kep.Sangihe dan First Man of Pelka laki-laki GMIST. Bapak Pnt.J.E.Gaghana. Selesai Pdt, mengucapkan kata-kata janji dan tanda dari meminum anggur dan memakan roti, maka para jemaat pun langsung menikmati anggur dan roti perjamuan..dengan tenang sambil menjaga kekudusan ibadah perjamuan kudus. Ibadah Jamuan ini juga diikuti oleh para Panitia Inti HUT Pelka Laki-Laki Tingkat Sinode GMIST (Drs.N.Bawengen,MBA:Ketua Panitia; Drs.D. Pangadaheng (Sekretaris), Bpk.J.Tilaar, SE,ME, Pnt. Ny.J. Sentinuwo-Tambaru, Pnt.J.Sabari, S.Pd). Pada pelantikan panitia kali ini memang suasana terasa lain karena diwarnai dengan ibadah perjamuan kudus. Panitia yang baru dilantik mendapat kekuatan dan semangat baru karena Roh kudus telah hinggap dalam kehidupan pribadi mereka. kini mereka bukan lagi berbeda tapi satu dalam satu tujuan dengan pendekatan yang berbeda untuk mensukseskan kegiatan pesta paduan suara pelka laki-laki Sinode GMIST....

Peresmian Gedung Gereja Jemaat GMIST Kendagu Ruata


10 juli 2009

Jam 16.00 Wita, seluruh anggota jemaat GMIST KENDAGU RUATA TAHUNA menghadiri ibadah syukur peresmian gedung gereja yang telah selesai dibangun dengan besaran anggaran kurang lebih 1.3 milyar yang merupakan swadaya jemaat, bantuan dari pemerintah dan donatur dari dalam dan luar daerah. prosesi acara ibadah dimulai dengan penjemputan tamu dalam bentuk penyematan bunga (kepada semua tamu yang hadir)khusus untuk petinggi gereja dan pemerintah (kepala Daerah) disambut dan diarak-arakan melalui masamper yang mengantar sampai ke depan gedung gereja. Pembukaan acara peresmian diawali oleh ucapan selamat datang yang dibawakan oleh Ketua Jemaat Ibu Pdt.J.R.Loris-Malo,S.Teol, Laporan Panitia oleh Ketua Panitia, Pembacaan SK register aset GMIST/peresmian oleh Sekretaris umum Sinode GMIST, pembukaan selubung papan nama oleh Bapak Pnt.Drs.Winsulangi Salindeho (Bupati Kep. Sangihe), Penandatanganan prasasti oleh Ketua Umum sinode GMIST (Pdt.W.B.Salindeho,S.Th) dan Pnt.Drs.Winsulangi Salindeho (Bupati Kep.Sangihe), Pengguntingan pita oleh Pnt.Bapak J.E.Gaghana,SE.ME (Wakil Bupati Kep.Sangihe) penyerahan kunci dari Ketua Panitia Pembangunan kepada Ketua jemaat selanjutnya diserahkan kepada Ketua Umum Sinode GMIST membuka pintu utama Gedung Ibadah Jemaat GMIST Kendagu Ruata Tahuna.
Selesai pintu di buka, jemaat serta para undangan, Muspida Kab. Sangihe dipersilahkan masuk untuk mengikuti ibadah Syukur peresmian yang dipimpin oleh ketua Umum Sinode GMIST. Unsur liturgi yang didesain secara kontekstual menampilkan warna cultur Sangihe membuat ibadah menjadi life dan jemaat mengikuti ibadah dengan begitu khidmat. Memang kalau Tuhan yang menuntun, kalau Tuhan yang berkarya semua hal pasti dapat selesai dengan baik. Inilah suasana sukacita yang dirasakan oleh jemaat GMIST Kendagu Ruata, sebab kapal yang telah dilepas untuk mengarungi samudera lepas telah berlayar sampai ke tujuan walaupun banyak badai gelombang yang menerpa. Yesus Kristus adalah Sang Nakhoda Agung demikianlah sambutan dalam laporan yang dibacakan oleh ketua Panitia Pembangunan. Aset GMIST kini bertambah dan jika rekapitulasi segala aset GMIST (gedung gereja, sekolah dan lain-lai) tentulah bisa mencapai triliun rupiah. Kita harus mencitai GMIST, kita harus menerapkan prinsip sense of Belong for transform GMIST bukan hanya gedung gerejanya tapi juga manusianya (jemaat) karena aset fisik akan lebih megah ketika kekayaan dibangun pada sumber daya manusia. Kapal Kendagu Ruata boleh mencapai garis finish karena sistem manajemen keuangan pembangunan yang profesional, dan bukan hanya itu, karena dikerjakan untuk memuji Tuhan bukan untuk memuji manusia. Sambuntan-sambutan pun diberikan oleh Pnt.Drs. Winsulangi Salindeho dan Ketua Umum Sinode GMIST. Semoga Sejarah kesuksesan peresmian Gedung Gereja Kendagu Ruata dapat menjadi model bagi citra pelayanan untuk jemaat-jemaat lainnya di dalam tubuh GMIST untuk dapat berpacu, berlomba memberikan yang terbaik kepada Tuhan melalui pembangunan Rumah Tuhan.

Senin, 13 Juli 2009

Selayang Pandang sejarah Masamper

Oleh : Pdt.Calvyn Taunaumang,S.Th

Istilah Masamper sangat berkaitan denganmasuknya Injil di Kabupaten Sangihe Talaud, meskipun istilah Masamper bukan berasal dari bahasa Sangihe-Talaud. Istilah masamper muncul bersamaan waktunya dengan kebiasaan membawakan lagu-lagu di dalam ibadah oleh sekelompok penyanyi Gereja yang dibina oleh para penginjil. Kelompok penyanyi dimaksud dalam bahasa Portugis disebut Zyangeer dan dalam bahasa Belanda di SEbut Zangvereeninging. Kedua istilah ini mengalami proses adaptasi di beberapa bahasa dengan menyebut Sampri, kemudian Samper, lalau berkembang menjadi Masamper. akhirnya mendapat tambahan kata kerja menajdi Masampere yang berarti menyanyi bersama-sama dengan cara berbalas-balasan.
Istilah Masamper yang kini popular dan telah dibakukan menjadi masamper dari bahasa Belanda Zanger yang berarti penyanyi. Motif pemberian nama ini sesuai dengan kenyatan bahwa orang SAngihe sangat menggemari nyanyian atau seringkali menyanyi. dan memang kebiasaan menyanyi di Kepulauang Sangihe-Talaud memegang peranan penting. Bahkan Masamper telah masuk Rekor MURI.
Selanjutnya, menurut sejarah menyanyi dengan cara berbalas-balasan ditemukan dalam upacara mesundeng yaitu upacara yang dilaksanakan untuk mempersembahkan korban dengan maksud meminta kesaktian teanaga dan kekuatan tubuh. Manfaat upacara ini adalah untuk peperangan serta menghadapi kekuatan-kekuatan gaib yang jahat. Menyanyi dengan cara berbalas-balasan juga ditemukan dalam upacara mengundang Banua yaitu upacara mengobati atau menolak segala bencana. Praktek menyanyi dalam kedua upacara tersebut terjadi pada abad ke 13 sampai abad ke 16. selain itu, praktek menyanyi digunakan sebagai sarana hiburan dan rekreasi manakala ada pesta perkawinan, peminangan dan pengucapan syukur.
Seiring peredaran waktu, praktek Masamper yang semula ditujukan untuk menyebah dewa tertinggi (= I Ghenggona langi) oleh para Zending (Penginjil Tukang) dalih fungsikan untuk menyembah Tuhan Allah, sang Pencipta langit dan bumi serta segala isinya (oprang Sangihe menyebut : I Ghenggona langi Duatang Saluruang) karena itu, tema lagu ada tiga. Pertama, tema Religius (sperti : Puji-pujian, Kelahiran, Kematian, Peperangan Rohani). Kedua, tma sosial-kemasyarakatan) seperti : Pertemuan, Perpisahan, Budi baik, Kenangan ayah-bunda, Cinta sesama). Ketiga, tema Sastra (seperti : Alam semesta). Cara pelaksanaannya dimulai dengan lagu Pertemuan, diakhiri lagu Perpisahan. Diantara itu, ada lagu puji-pujian dan ucapan Syukur, dan pengeluhan. Juga lagu Perjuangan, Percintaan, Sastra daerah, Penghiburan, Kematian, Sukacita Kelahiran, dan Kenangan Ayah-Bunda.
Dalam Masamper hal pokok adalah Ketepatan dan kebenaran membalas lagu yang didendangkan oleh pemimpin dan seluruh Kelompok penyanyi, bukan sekedar menyanyi. Sekarang ini Masamper yang dalam buku "Sastra Lisan Sangihe Talaud" termasuk pada tradisi sastra lisan telah menajdi Khazanah budaya masyarakat Sangihe-Talaud dan Integral dalam budaya Nasional Bangsa Indonesia. BAhkan digunakan sebagai sarana Injil yaitu untuk menyembah, memuji dan memuliakan Tuhan Allah, I Ghenggona lagi Duatang Saluruang, yang tetap berkarya dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus melalui hamba-hambaNya bagi pertumbuhan Gereja, masyarakat dan Bangsa.
Oleh karena itu, seyogianya ktia terus mewariskan Masamper kepada Generasi-generasi selanjutnya. Dengan tujuan : memuliahkan Tuhan, mempererat ikatan Kekeluargaan, menumbuhkan persaudaraan dalam bermasyarakat, dan memperkokoh Kesatuan Bangsa, serta meningkatkan kebersamaan umat beragama.(salam redaks

Register Peserta Group Masamper yang akan berangkat ke Siau

Lewat rapat pertemuan yang dilaksanakan pada Selasa, 14 Juli 2006, di Gedung Gereja Jemaat GMIST Efata, maka peserta yang telah teregister sbb :

Nama Jumlah Kategori/seri A-B Nama Pimpinan Group
1. Nagha II 40 orang A John Bulamey
2. Nahepese 30 orang A Iwan Tatasingidelu
3. Batuderang 37 orang B Abner Saiang
4. Bungalawang
Tahuna 40 orang A/B Alex. H.T Sangkilang
5. Eben Haezer
Manganitu 30 orang B Nober Ladani
6. Torsina Lehupu 28 orang B Zwingli Pandermol
7. Lenganeng 35 orang A F.S Manopo
8. Lapango 45 orang A P.R. Damasing
9. Beha (Tabut) 32 orang B S. Tamarol
10. NIP (NTB) 30 orang A C. Pansariang
11. Palahanaeng 30 orang B Pdt. J.Tatinting
12. Zaitun Paghulu 28 orang A K. Mare
13. Bethel Kalemba 30 orang B Jefrain L
14. Kalvari Kendahe 50 orang A Srarcor Sasiang
Jumlah sementera 485 orang

Minggu, 12 Juli 2009

KABUT DUKA MENYILIMUTI KAMPUNG LESABE-TABSEL

Jumat 10 Juli 2009
Pnt.J.Moris Lombo (Sekretaris Jemaat GMIST Oikumene Lesabe)dipanggil oleh Sang Pemilik Kehidupan (Tuhan Allah) untuk mengalami hidup baru bersama Bapak-Bapak Gereja yang telah mendahului almarhum di Yerusalem yang baru sejak zaman PL samapi PB dalam zaman sejarah gereja abad-abad pertama sampai saat ini. Syair NKB 169 "Tenang dan Sabarlah" menjadi nyanyian penghiburan yang patut diberikan kepada keluarga yang ditinggalkan. Almarhum telah berjumpa dengan Allah Bapa di takhta kerajaan Sorga, dalam perjumpaan dengan Sang Hidup yang kekal, Dia (Tuhan) akan menghibur almarhum di masa lelah dalam menjalankan tugas tanggung jawab sebagai abdi Allah "dalam kapasitas selaku:Sekretaris Jemaat GMIST Oikumene Lesabe". Almarhum adalah tipe figur tokoh gereja yang bertanggung jawab dalam memikul tugas pelayanan. Seluruh tenaga, pikiran, dan waktu dipakai oleh almahrhum untuk memuliakan Tuhan Allah. Kini, orang penting, sosok yang dihormati dan dihargai, bahkan figur yang patut diteladani karena keseriusan, kesabaran serta semangat melayani yang tinggi telah pergi, telah tiada. Bagi semua warga jemaat GMIST Oikumene Lesabe tentunya ini merupakan sebuah peristiwa yang memilukan, yang mendukacitakan yang amat berat untuk diterima. Almarhum orang yang aktif, kreatif serta tipe pelayan yang kalem, pendiam namun selalu menyediakan waktu untuk membagi cerita pengalaman serta ada waktu senda-gurau pelepas lelah dari kegiatan pelayanan. Kabut duka, awan duka bahkan tangisan dan linangan air mata dukacita kini menyilimuti, membanjiri kampung Lesabe...Pemimpin redaksi corong mimbar GMIST (red.Vikaris Herman Ginzel, M.Th) ketika dihubungi lewat hp oleh wakil ketua Jemaat GMIST Oikumene Lesabe Bpk Jeanri Labia pagi-pagi jam 07.00 dan waktu itu vikaris baru tiba di Manado tanggal 11 Juli dengan kapal KM. Terasancta dengan tujuan akan mengikuti ibadah permandian "baptisan anak" dari orang Tua angkat Vikaris di Ranotana Manado jemaat GMIM Bethesda pun kaget dengan informasi mengenai meninggalnya bapak Sekretaris yang begitu mendadak. Karena pada hari kamis, tanggal 9 Juli 2009 sekitar jam 12.00 vikaris sempat berjumpa dengan almarhum di samping Kantor Pos Tahuna tepat di tempat parkir motor. Pada saat itu, almarhum melihat vikaris dan mendekati serta mengulurkan tangan untuk bersalaman, pada saat itu sek J.M. Lombo, seperti kerinduan memegang tangan vikaris terus tidak mau lepas sambil bercerita dan menunjukkan buku-buku tulis di tas yang baru dibeli untuk perlengkapan sekolah anaknya Ei yang sudah duduk di bangku kelas 7 SMP Manalu. Senyum serta keramahan dan keakraban pun tercipta pada suasana itu. Hal inilah yang membuat vikaris tidak percaya ketika mendapat informasi dari bapak wakil "Pnt.J.L. Namun lewat penjelasan yang begitu serius dari pa Jeari, akhirnya Vikaris pun menjadi percaya dan keputusan yang di ambil adalah membatalkan kegiatan di Manado, harus kembali pulang ke Tahuna untuk mengikuti acara pemakaman, sebab jadwal kapal ke Tahuna hanya hari Sabtu dan Senin, hari Minggu tidak ada. Kalau senin kapal cepat nati tibanya di tahuna jam 17.00 berarti terlambat untuk acara ibadah pemakaman. Jalan Tuhan siapa yang tahu, inilah yang harus diterima oleh kita semua dan harus mengimani bahwa sampai 1 detik pun itu Tuhan punya...Vikaris merasa kehilangan orang yang sangat akrab begitu juga jemaat GMIST Oikumene Lesabe, seluruh Majelis, BPH dan BPL...tapi harus ingat semangat dari almarhum, keteladanan dan semua hal yang pernah almarhum lakukan semasa hidupnya, itu akan senantiasa mengisi dan menghiasi rasa kehilangan. Almarhum akan menjadi bahagia di kehidupan yang baru ketika semua rekan pelayan dan jemaat mau melakukan apa yang pernah almarhum buat semasa pelayanannya...almarhum pasti inginkan bagi kita yang telah ia tinggalkan untuk lanjutkan tugas pelayanan untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus...Bagi keluarga, Istri dan anak tercinta..adik Ei...harus sabar dan tabah menerima semua ini...harus yakin bahwa Tuhan Yesus akan menjadi kepala Keluarga , menjadi pengganti Papa bagi Ei dan juga menjadi pengganti suami bagi mama Ei...Tuhan senantiasa melindungi, memberkati dan memberikan kekuatan kepada keluarga besar Lombo...(Selamat jalan Pak Sek....) kami rekan-rekan pelayan di jemaat GMIST Oikumene Lesabe akan terus mengenang semua hal yang pernah engkau buat baik bagi pertumbuhan iman warga gereja di Lesabe....Kasih karunia akan kauterima dari TuhanMu, sumber Alhayat, gelombang dahsyat takkan menerpamu, karena di bawah kuasa Tuhanmu.

Rabu, 08 Juli 2009

ANUGERAH VOKAL GROUP


ANUGERAH VG

Group Musik Pop Rohani Anugerah Vokal Group dibawah asuhan Pdt.Y.Dalenoh,S.Th mendapat jamahan Tuhan. Sesuai dengan nama group 'Anugerah" bahkan lewat sinergitas serta pengutamaan pelayanan demi Kemuliaan Tuhan Yesus, akhirnya Anugerah VG boleh masuk studio rekaman dan Album Pop rohani perdana telah tercetak dan beredar di Wilayah Sulut. Produser adalah Ronnal Marthin.ST, asisten koordinator : Paulus Kansil. Tema album perdana yang di usung ke studio rekaman Edma Record adalah 'Dentang Akhir Zaman'. Tim ini benar-benar mendapat jamahan serta kuasa pemulihan dari Tuhan Yesus. keluar dari dunia hitam masuk ke dalam terang keilahian Sang Penebus, dengan satu kerinduan memuji Tuhan lewat talenta "suara". Inilah pengalaman hidup dan refleksi iman mereka, ketika ditemui oleh corong mimbar GMIST "Vik.Herman Ginzel, M.Th (Pimpinan Redaksi). Semangat pelayanan dan strategis pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari Pdt. Y.Dalenoh telah mengubah duri kaktus mengeluarkan bunga yang indah dan ulat telah di ubah menjadi kupu-kupu. Crew dari Anugerah VG sbb : Joost Wilhelmus. Drs. Jh The Tantu. Maz Dalegi. Hendra Katiandagho. Tery Nateri. John Pinori dan Reky Lawaring. Saat ini Anugerah VG sementara mempersiapkan album ke-2 yang menampilkan warna cultur Sulut "lagu-lagu berbahasa Sangihe dan Manado. Segera dapatkan kaset album perdana di kota anda dan nantikan album ke-2. Mari dendangkan dentang akhir zaman bersama Anugerah VG. artis dan bintang tamu : Rena Paponah.(Her)

Minggu, 05 Juli 2009

Pelka anak resort Tahuna membangun penginapan di Kampung Mahena


Perkemahan Raya Pelka anak GMIST Resort Tahuna menuai kesuksesan demi kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus yang menempatkan anak-anak sebagai locus dan basis pelayanan untuk mentransformasikan dunia. Perkemahan yang dilaksakan selama 4 hari dari tanggal 1 Juli - 4 Juli 2009 di lapangan Desa Mahena Kab. Kep Sangihe dibuka secara resmi oleh Pnt.Bpk.Drs. Winsulangi Salindeho (Bupati Kepulauan Sangihe) dan ditutup secara resmi oleh Pdt.Ny.J.R. Loris - Malo, S.Teol. Kegiatan perkemahan ini diisi dengan berbagai hal salah satunya materi-materi PA (siraman rohani). Pendidikan bagi anak-anak khususnya pendidikan kristen sangat penting bagi pertumbuhan iman-spritual dan untuk membentuk karakter, emosional serta pandagan hidup yang mencerminkan gaya hidup sebagai pengikut Kristus.
Lomba menghias tenda "kemah" juga dirangkaikan dalam even tersebut. Pelka anak jemaat Pekakentengan meraih juara 1 "The Winner". Selain kegiatan lomba hias tenda ada beberapa kegiatan lomba yang dibuat untuk melatih afektif, kognitif dan motoris anak-anak. Kegiatan ini mempunyai nilai pretisius yang urgen bagi sense of integriti, sense of loyality, sense of eksistency for take lucky in future tenses. Pokoknya melalui kegiatan perkemahan anak-anak GMIST akan menjadi figur pemimpin masa depan yang energi serta idealis. Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa orang dewasa red orang tua harus belajar menjadi seperti anak-anak kalau ingin menjadi pioner alias bukan saja sukses di dunia namun mendapat janji anugerah keselamatan ketika Tuhan datang pada kali yang ke dua sebagai Hakim Adil. (GBU).

Senin, 01 Juni 2009

Penunggalan Jemaat Puncak Berkat Hindang Bulaeng

Tagulandang, 24 Mei 2009

Kerinduan jemaat Haasi Mboko "Jemaat GMIST Puncak Berkat Hindang Bulaeng" untuk ditunggalkan menjadi jemaat baru yang dimekarkan dari jemaat Efrata Haasi akhirnya terwujud juga, Minggu 24 Mei 2009, Pdt.A.Makasar,M.Th (selaku ketua I)GMIST dipercayakan untuk meresmikan melalui pengguntingan pita gedung gereja yang baru dan sementara dalam proses penyelesaian pembangunan. Melalui surat keputusan penunggalan yang dikeluarkan oleh BPL Sinode GMIST, maka secara sah jemaat puncak Berkat Hindang Bulaeng pun diresmikan. Ibadah peresmian dilangsungkan pada pukul 09.00 wita. Hadir pada acara peresmian penunggalan adalah unsur tripika Kec. Tagulandang yang dibawa oleh bapak Camat Tagulandang, Bpk. G.P.Bawole,SIP. SK penunggalan dibaca oleh Sekretaris Resort Tagulandang Pdt. J.D.Break,S.Th. Sambutan dari pemerintah disampaikan oleh Bapak Camat Tagulandang dari pihak gereja oleh Pdt.A.Makasar,M.Th. Dalam sambutan yang disampaikan, camat Tagulandang mengingatkan kalau ada jemaat-jemaat (anggota) jemaat yang ingin membangun gereja atau membentuk jemaat sendiri berpisah dari jemaat induk, maka hal itu harus didasarkan atas konsep penatalayanan bukan karena keinginan diri sendiri yang dipicu oleh ketidakpuasan karena tidak dipilih atau diangkat menjadi ketua jemaat. Pada intinya pemekaran itu perlu untuk membantu akses pelayanan tapi bukan jabatan yang menjadi tujuan dari tujuan pemekaran atau penunggalan. Dengan tegas bapak Camat mengatakan kalau ada yang seperti itu dirinya tidak akan menyetujui sehingga segala administrasi untuk keperluan pembangunan dan lain-lain tidak akan dikeluarkan. Bapak camat memuji semangat membangun dari jemaat Haasi-Mboko kerena terbilang sebagai jemaat yang kecil hanya 2 kelompok, 45 KK dengan jumlah Majelis sebanyak 13 orang namun tokh boleh membangun melalui kerjasama yang baik untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi. ini harus menjadi model bagi jemaat-jemaat lain yang ingin membangun.
Pdt.A.Makasar,M.Th yang dipercayakan oleh Sinode untuk meresmikan penunggalan jemaat Haasi-Mboko Puncak Berkat Hindang Bulaeng, menyampaikan sambutan dengan membawa cerita tentang filosofi budaya Sangihe dalam bingkai berteologi secara kontekstual yaitu mengenai praktek sembilu. Sembilu adalah sebuah konsep mengenai identitas diri dan jati diri. ini mempunyai arti yang penting bagi nama yang diberikan kepada jemaat yang baru ini, yaitu Puncak Berkat Hindang Bulaeng, semoga apa yang diharapkan dibalik nama tersebut benar-benar dapat diaktualisasikan melalui semangat pelayanan membangun jemaat dalam tiga tugas panggilan gereja bersekutu, bersaksi dan melakukan pelayanan diakonia dalam bingkai ibadah yang memuji Allah.

Hesty Darosa pulang ke pangkuan Bapa di Sorga

Selasa 2 Juni 2009.

Artis lagu Pop Rohani berdarah Sangihe "Hesty Darosa,S.Teol" alumus Fakultas Teologi UKIT Wisudawati 2009 dan calon vikaris GMIST periode 2009 yang akan diturunkan ke tempat tugas pada bulan Oktober 2009, menghembuskan nafas terakhir pada Hari ini Selasa 2 Juni 2009 pada
sekitar jam 04.48 Wita di Rumah Sakit Liung Kendahe Tahuna. Almarhumah menderita penyakit kanker payudara. Lewat segala upaya terapi medical dengan mempergunakan teknologi medis modern dan tradisional yang telah difasilitasi keluarga pun akhirnya harus mengaminkan bahwa kedaulatan Tuhanlah yang harus diaminkan melalui peristiwa kepergian Putri yang mereka cintai. Seorang anak yang menjadi tumpuan harapan keluarga melalui kesuksesan dalam kariernya "masuk dunia rekaman" lagu Rohani dalam group alfa trio, telah melepaskan segala kelelahan dan keletihan serta penderitaan sakitnya melalui jalan kematian menuju pada kehidupan baru. almarhumah menutup lembaran kehidupan di usianya yang ke 24 tahun. Pemudi cantik kelahiran 5 Oktober 1984 telah melakukan terapi 'kemu' dalam istilah kedokteran sebanyak 2 kali. Menurut dr.Viktor Pontoh, ahli bedah kanker di RSU Malalayang menyatakan bahwa pasiennya harus menjalani kemu ke-3 kali apabila akan menjalani operasi. Semangat, niat dan harapan untuk sembuh telah pupus ditelan ketidakmampuan dari segi kekurangan perokonomian yang dihadapi oleh keluarga. Manusia merencanakan segala hal, namun Tuhan yang menentukan dan menunjukkan Kedaulatan-Nya terjadi. Perpisahan di dunia boleh terjadi, tetapi Tuhan telah menyediakan tempat yang indah yang tidak dapat ditemukan di dunia yang fana. Selamat Jalan

Selasa, 19 Mei 2009

Peluncuran Perahu Nelayan


Dalam tradisi adat, masyarakat Sangihe sebelum Injil ditaburkan ada kelaziman bagi para nelayan dengan sebuah kearifan tradisional bahwa perahu yang akan dipakai untuk mencari ikan di laut haruslah terlebih dulu ditahirkan dalam upacara adat. Konsep ini pun telah diberikan isi secara baru, ketika masyarakat Sangihe telah menerima Injil. Upacara adat pun telah diganti dengan ibadah peluncuran perahu. Pada tangal 7 Mei 2009 jam 06.00 wita bertempat di pantai Balehhumara Tagulandang Kab. Sitaro, Pdt.A.Makasar,M.Th diminta oleh keluarga Sasela-Manambihe untuk memimpin ibadah syukur peluncuran perahu mencari ikan. Bahan bacaan alkitab yang menjadi inti perenungan diambil dari Mazmur 121 : 7. Ada pun renungan singkat yang disampaikan kepada keluarga dan juga jemaat yang hadir menyaksikan keanggungan karya Tuhan karena perahu mencari ikan boleh terselesaikan. Pdt.A.Makasar menegaskan bahwa Yesus adalah Sang Atohema sejati. Melalui Yesuslah keluarga yang menaruh tumpuan harapan pada perahu yang boleh terselesaikan dan akan dipakai untuk menghidupkan keluarga akan terwujud. Allah yang senantiasa menjaga, melindungi dari marabahaya, kecelakaan dan segala kesulitan hidup pun akan dijauhkan olehNya demi untuk menyaksikan keberadaanNya sebagai yang patut disembah, dimuliakan dan diagunggkan dalam segala pergumulan, harapan serta cita-cita. Jangan takut dan bimbang, Sang Hatohema senantiasa berada di depan cita-cita dan rencana keluarga, Ia akan memimpin segala upaya mata pencaharian di laut dengan perahu yang baru ini. Amin.
Selesai ibadah syukur peluncuran, maka ketua I Sinode GMIST pun meluncurkan perahu tersebut ke laut, disertai pengurapan melalui penumpangan tangan memberkati perahu tersebut.

Selasa, 12 Mei 2009

Paralel Meeting 12 May 2009




MOU (memorandium of understanding) mengenai dimasukannya kepulauan Sangihe sebagai bagian integral dalam agenda WOC pun akhirnya terjawab sudah. 12 Mei 2009 tepat jam 16.30 di kediaman Rumah Bupati Sangihe (Drs.W.Salindeho) bapak Wakil Bupati. Drs.J.E. Gaghana,SE.,ME menandatangani MOU bersama dengan Ketua LSM Kehati Ibu Dewi widayanti. pasca penandatangan dilanjutkan dengan konferensi PERS oleh sejumlah wartawan lokal Sangihe, maupun para wartawan yang tergabung dalam commite WOC Manado yang datang bersama dengan para Dellegate. Ketua Pelka Laki-laki Sinode GMIST (Pnt.Drs.J.E.Gaghana, SE.,ME) tampil percaya diri memberikan orasi politik dalam rangka penyelamatan lingkungan bahari dengan mempertegas komitmen untuk mendukung sepenuhnya apa yang telah dikerjakan oleh Kehati melalui kegiatan eksporasi potensi wisata bahari dalam rangka visit Sangihe dan ekotourism. Pemerintah dan masyarakat Sangihe menyampaikan terima kasih kepada LSM Kehati yang telah bekerja keras melakukan research approach untuk menguak kemisterian dan kekayaan alam bahari Sangihe. Dan melalui penelitian yang dilakukan oleh Kehati, kini Sangihe telah terkenal di seluruh dunia terlebih dengan volcano under water on Mahangetang Island, pukasnya dengan penuh keramahan dan sinergisitas. Selanjutnya ketua LSM Kehati menyampaikan terima kasih juga kepada masyarakat Sangihe dan pemerintah yang telah menjadikan dan mempercayakan Kehati untuk menjejaki dan menggali potensi kelautan Sangihe. Baginya kepulauan Sangihe adalah pulau yang begitu kaya dengan keaneka ragaman hayati, baik di laut maupun di darat. Untuk itu kita perlu memeliharanya, merawatnya dalam perspektif ecology environtmen. Bahkan khususnya memediasinya sebagai sarana penyelamatan bumi dari efek global warming.
Pada pertemuan ini, Ketua Sinode GMIST (Pdt.W.B.Salindeho,S.Th) dan Ketua I (Pdt.A.Makasar,M.Th. Ketua Sinode GMIST, diminta untuk membawa Doa dalam bahasa Inggris (prayer arrived and take lunch). Luar biasa, sambutan masyarakat Sangihe yang turut memberikan support atas suksesnya paralel metting. Tari gunde, dengan tagonggong pun menghiasi dan menggema di Pendopo, anak-anak sekolah minggu pun tampil dengan tarian yang menunjukkan kekayaan alam bawah laut Sangihe dimana mereka tampil bagaikan ikan-ikan hias di laut Sangihe. Wah icon wisata bahari yang sangat potensial untuk dijual ke luar negeri. Selesai menyaksikan tarian anak-anak sekolah minggu, rombongan pun menuju pantai Kolongan Beha untuk menyaksikan Sunset. Di pantai kolongan ternyata masyarakat bahkan jemaat Kolongan telah menyediakan segala hal untuk menyambut dan menjamu tamu dengan makanan khas Sangihe. Keindahan sunset yang dihiasi dengan lomba perahu pun meninggalkan kenangan indah bagi para Delegate WOC 2009. Selamat dan sukses bagi masyarakat Sangihe.

Rabu, 06 Mei 2009

PELANTIKAN PANITIA HUT PELKA LAKI-LAKI SINODE GMIST 2009




Pelantikan dalam versus ketidakpercayaan Tomas
Dalam Injil Yohanes.

Minggu,3 Mei 2009..top leader church of GMIST menghadiri acara pelantikan Panitia HUT Pelka Laki-Laki 2009 dan sekaligus memimpin dan melantik. Ibadah Minggu pagi dipimpin oleh Pdt.P.Madonsa,S.Teol (Sekretaris Umum) dan Pelantikan serta peneguhan pemberkatan pelaksanaan tugas dilakukan oleh Pdt.W.B.Salindeho,S.Th (Ketua Umum), turut hadir dalam acara pelantikan sekaligus memberikan sambutan dan arahan kepada tim kerja (Panitia) Pnt.Drs.J.E.Gaghana,SE.,ME (Ketua Pelka Laki-laki Sinode GMIST/Wakil Bupati Kab.Sangihe). Terpilih dan dipercayakan menjabat jabatan ketua Panitia adalah : Pnt.Drs.N.Bawengan,MBA, Wakil Ketua :J.Kakondo,BAE, Sekretaris : Pnt.Drs.D.Pangandaheng , Bendahara : Pnt.J.Dalughu,S.Pd.

Tema khotbah yang dibawakan oleh Pdt.P.Madonsa,S.Teol "Tomas yang ragu"
Ketidak Percayaan Tomas difasilitasi untuk menyatakan kebangkitan Yesus yang mengungkapkan dan membelah kemisterian kematian dan kebangkitan-Nya sehingga lewat diri Tomas yang ragu dan tidak percaya telah menarik sebanyak mungkin orang menjadi percaya walaupun tidak "menyentuh, meraba, memegang, menghampiri dan melihat. Bacaan Alkitab terambil dalam Yohanes 20:24-28. Tuhan Yesus berkata kepada Tomas Engkau melihat baru engkau percaya, berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya. Melalui renungan ini Pdt.P.Madonsa mengajak jemaat dan juga panitia HUT Pelka yang terpilih tidak perlu ragu tentang karya dan mujizat Tuhan dalam perjalanan hidup kita sebagai umat-Nya. Sebab apa pun yang diperhadapkan "pergumulan" dalam tugas dan pekerjaan dan kehidupan rumah tangga dan semua harapan cita-cita ketika kita menaruh semua itu dalam iman kepada Tuhan yang tidak kita lihat namun kita percaya akan kuasa-Nya maka segala sesuatu yang kita lakukan tidak akan sia-sia, namun senantiasa diberkati menuai kesuksesan. Tetapi tentunya harus mengandalkan dan mengundang Tuhan dan yang tidak kelihatan itu hadir setiap saat.
Selesai ibadah, Panitia pun diajak untuk makan bersama dengan BPL GMIST Ekklesia Tahuna. Sagu, ubi rebus, ikan goreng dan sup serta minuman es buah segar menjadi suguhan yang menampilkan cita rasa tersendiri di sela-sela pertemuan perdana untuk membicarakan langkah-langkah strategis dan taktis di lapangan untuk suksesnya acara HUT Pelka laki-laki 2009.
Pada pertemuan perdana di ruangan ibadah "Gereja Ekklesia Tahuna" Pnt.Drs.J.E.Gaghana,SE.ME membuka sambuntan dan arahan dengan sebuah isu hangat seputar masalah 'antasari' yang lagi heboh di media. Orang nomor 2 di Pemkab Sangihe menegaskan bahwa pelka laki-laki GMIST boleh belajar dari pengalaman Antasari tapi jangan menjadi sama dengan antasari. Sebab hal penting yang harus diseriusi oleh kita sebagai kelapa rumah tangga dan terlebih pelka laki-laki GMIST harus membawa panji-panji Injil kebenaran. Beliau juga menegaskan bahwa kita harus bersinergisitas dengan rasa memiliki membangun GMIST (pelka laki-laki melalui) kegiatan-kegiatan yang positif dalam rangka untuk mengembangkan pribadi dan terlebih membangun GMIST. Tentunya itu semua mengacu pada nilai-nilai etis kristen.
Pdt.W.B.Salindeho, S.Th dalam sambutannya menempatkan locus dan basis kegiatan pelka laki-laki harus didasarkan pada filosofi kesaksian praksis. artinya terarah secara introvert dan ekstrovert. membangun kehidupan keluarga yang sejahtera dan menjadi sosok yang perlu dicontohi dan diteladani. Ketika diberikan kepercayaan untuk melaksanakan tugas sebagai Panitia HUT, maka harus dengan penuh semangat, optimis melangkah maju membuat terobosan baru membangun GMIST melalui kegiatan-kegiatan gerejawi yang menyentuh semua aspek kehidupan. Pnt.Drs.N.Bawengan, MBA selaku Ketua Panitia menyatakan bahwa sebagai panitia kita harus bekerja bersama-sama untuk itu ia menyampaikan sebuah ilustrasi bahwa saling bergandengan tangan dengan gambaran salib yang dipikul secara bersama-sama menunjukkan kesan bahwa tidak boleh ada jarak tetapi harus dalam satu kesatuan untuk meringankan beban dari Salib. Pada akhir pertemuan perdana. Ketua Pelka Laki-Laki (Pnt.Drs.J.E.Gaghana,SE.ME) memberikan bantuan dana awal kepada panitia sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) dan wakil serta semua persnonil yang masuk dalam kepanitiaan memberikan sumbangan ada yang Rp.200.000,- (dua ratus ribu rupiah) dan paling rendah Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah).(HG)

Kamis, 30 April 2009

Jejak Petualang Penginjil Tukang



Jejak Petualangan Penginjil Tukang
Oleh :Pdt.A.Makasar,M.Th/Vik.H.Ginzel,M.Th (editor)

Berbarengan dengan ekspansi VOC ke Negri rempah-rempah, di Eropa Badan Zendeling yang menangani urusan pekabaran Injil membuka kesempatan bagi pemuda-pemuda untuk menjadi misionaris itu berlangsung selang tahun l848. Memanfaatkan kesempatan yang ada maka Erens T. Steller seorang Jerman ingin memberi diri menjadi tenaga misionaris dibawa Badan Zendeling tukang. Zendeling Tukang adalah sebuah Badan yang didirikan oleh Lembaga Misioner Gereformmed untuk mengantisipasi kekosongan tenaga misionaris dibeberapa tempat yang sulit. Para tenaga misionaris ini datang dari latar belakang status sosial yang rendah sehingga mereka mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dimana mereka ditugaskan. Dengan demikian melalui ketrampilan yang dimiliki oleh Steller maka diapun diutus ke Pulau Sangir setelah ditahbiskan pada l7 Desember l854 di Jerman. Dalam kurun waktu 3 bulan setelah mereka tiba dari Jerman kemudian diberangkatkan dengan kapal “Stad Scheveningen” dari Rotterdam menuju Hindia. Kemudian Steller bersama kawan-kawannya menempuh pelayaran selang 95 hari menuju Batavia dan tepat pada tanggal 3 Juli 1855 kapal yang mengangkut mereka tiba di Batavia. Pada bulan Oktober 1856 Gubernemen memberikan izin kepada mereka untuk menjadi tenaga zendeling di pulau-pulau Sangihe dimana pada tanggal 5 Nopember 1856 mereka menerima dari pengurus Gereja Protestan di Batavia qualificatie-acte (surat hak sebagai pendeta), kemudian barulah pada tanggal 24 Oktober 1856 mereka dapat meneruskan perjalanan ke Manado. Tepatnya pada malam Tahun baru mereka tiba di pelabuhan Kema, dan langsung menginjakkan kaki perdana di daratan Minahasa. Selama kurang lebih setengah tahun mereka menetap di Minahasa dan membantu melakukan pekerjaan pelayanan, selanjutnya melakukan pelayaran ke pulau-pulau di Sangihe Talaud dengan menumpang kapal raja-raja hendak pulang setelah mengantar upeti kepada Gubernemen (gubernur). F.Keling dan A. Grohe di utus ke Siau dan Tagulandang. Keling bertugas di Ondong (Siau Barat dan Tagulandang), Grohe bertugas di Ulu Siau. Terbentur dengan masalah-masalah politik dan juga sikap raja-raja yang kurang toleran, maka pada tahun 1867 Grohe pindah ke pulau Sangihe Besar yang bagian selatannya masih termasuk wilayah Siau. Sementara itu E.T. Steller dan C.W.L.M. Schroder di utus ke Sangir Besar pada tanggal 20 Juni 1857 dari pelabuhan Manado bersama-sama dengan raja Manganitu menuju lapangan kerja mereka di Manganitu. Kedatangan mereka rupanya sudah diketahui oleh penduduk, sehingga pada tanggal 25 Juni ketika mereka tiba penduduk/masyarakat menyambut mereka dengan begitu hangat melalui nyanyian anak-anak sekolah. Steler tinggal di Manganitu yang merupakan wilayah pelayanannya sendangkan Schroder ditugaskan di wilayah Tabukan.
Kehadiran Steller telah membuat perubahan dan perkembangan terjadi di wilayah Manganitu dan sekitarnya dimana, ia membuka sekolah di Gunung Manganitu “pemuridan’. Pada sekolah ini mereka dididik dengan berbagai disiplin ilmu “pertanian, pertukangan dan pengetahuan “pendalaman alkitab” untuk menjadi penolong Injil guna membantu tugas pelayanannya. Berkat semangat dan kerja Steller maka telah terjadi transformasi yang luar biasa, sehingga jemaat-jemaat yang diasuh sudah boleh membaca, menyanyi bahkan ada yang tampil trampil menjadi tukang, menjadi ahli-ahli pertanian dan menjadi guru-guru penolong injil dan ilmu pengetahuan lainnya.
Melalui penginjil tukang maka menjadi sebuah wacana umum yang telah terheriditas dalam konsep masyarakat pada umum bahwa orang-orang Sangir terkenal sebagai tukang yang trampil dan professional, baik membangun rumah maupun membangun kapal. Sekali mendayung dua tiga pulau pun terlampau, begitu juga kisah sejarah E.T. Steller dalam kesibukan pelayanan ia pun menyempatkan diri untuk kawin dengan seorang perempuan yang dikirim oleh Badan Zendeling bernama Auguste Paulina Schrode (11 Mei 1859). Dari hasil perkawinannya dengan Auguste maka ia dikaruniakan 5 orang anak dan sesuai dengan permintaan pemerintah Hindia Belanda maka, anak-anaknya di sekolahkan di Belanda. Selama 40 tahun melayani sebagai penginjil tukang, maka Steller pun harus tutup usia pada 3 Januari 1897 di Manganitu, sedangkan Istrilnya 25 Mei 1889 dan keduanya dimakamkan di Kompleks rumah Pastori Gereja Manganitu sekarang Jemaat Petra Manganitu.

Minggu, 26 April 2009

Kue Tamo Melegitimasi Pernikahan Kudus (sakralisme)




Sabtu, 26 April 2009
Wedding Day of Deisy dan Ankly

Pemotongan kue tamo menjadi kekuatan untuk melegitimasi perkawinan dari Deisy dan Ankly. Pada acara jamuan kasih di rumah salah satu pengantin, Tua Adat Sangihe (Pdt.A.Makasar, M.Th) melakukan atraksi pemotongan kue tamo di awali dengan kata-kata adat/petuah/hikmat/wejangan untuk diingat-ingat/dikenang dan dimaknai dalam menjalani bahtera kehidupan RT yang baru. Tamo adalah kue khas orang Sangihe berbentuk kerucut yang sejenis dengan dodol. Kue tamo sebagai symbol sebuah pohon yang secara kontekstualisasi menunjuk pada Kristus sebagai pohon kehidupan tempat bernaung orang percaya dari teriknya matahari dan tempat perteduhan dari hujan. Inti dari petuah yang diwejangkan ini disampaikan dalam bahasa adat seperti “Tamo ini kai tialang kasasembaukang, niwaheta su kaliomaneng nasuku nipenemba Duata iyo Duata, ghenggona iyo Ghenggona Duata manireda ghenggona manengkoda kebi monarang pebawiahu ellangE nikauhe su pekakawing susi su orase ini. Tamo ini lai kai undangu ghongga sarung ta makapetalei si redua, batuu apa seng niwetang Duata ta ikapetang taumata. Kalu ini kai menenebali Kristus belasu kalung salamate, daligu kalung pebawiahe niposong su wongkong Golguta netumbale kapia su wedau kubuli Arimatea, kalu pesirungang su tempon pedisang dingangu pekelungang su tempong tahitiang kebi buntuangu komolangu jamate magimang Sisie.
Acara pemberkatan nikah di gedung Gereja GMIST Betlehem Tahuna yang dipimpin oleh Pdt.M.Sabari-Damasar,S.Th. Penggembalaan dilakukan oleh Ketua Jemaat (Pdt.D.J.Walandungo,S.Th.,M.Si). Acara jamuan kasih di rumah pengantin Di Kampung Mahena berlangsung dengan begitu meriah karena ada Om Polake Sikape,(Master of Seremonial) yang sangat vocal dengan leluconnya membuat para undangan kenyang dengan canda tawa...selamat!! (Para pembaca yang budiman...kalau anda merindukan hari perkawinan anda dimaknai dengan pemotongan kue tamu baik di dalam kota Tahuna di luar kota dapat menghubungi kami lewat alamat redaksi buleting GMIST...Silahkan kontak pada line tlp pada alamat...kami menunggu anda-anda yang berdarah Sangihe, Sitaro dan Talaud....).

Lokakarya Penerjemahan Alkitab Bahasa Tagulandang


Lokakarya Penerjemah Bahasa Daerah Tagulandang
Tanggal 2-6 Februari 2009
Di jemaat GMIST Sion Bawoleu

Lokakarya ini digagas dan difasilitasi oleh PGI-LAI dengan instruktrur penerjemah adalah DR. Wenas Kalangit. Dalam kegiatan ini para peserta di berikan materi tentang research approach/serta teknis penerjemahan. Adapun para peserta yang direkrut menjadi team penerjemah adalah orang-orang yang dianggap cakap dan mampu sebagai informan dan juga merupakan masyarakat adat yang benar-benar mengerti dan memahami tentang bahasa daerah Tagulandang ‘grammar and vocabulary (tata bahasa dan kosa kata). Dari struktruk BPH Sinode dipercayakan untuk menjadi team dan pengarah adalah Ketua I (Pdt. A. Makasar, M.Th) Untuk bidang BPIP (Pdt. D.J. Walandungo, S.Th.,M.Si) Struktur Resort Tagulandang (Pdt.D.C.Talangaming (Ketua Resort, Pdt.J.Break, S.Th Sekretaris Resort) selaku tim teknis lapangan dan Tuan Rumah dan ada juga beberapa tenaga Pendeta yang direktrut untuk penyelesaian program terjemahan Alkitab dalam bahasa Tagulandang.
Boleh dikatakan pertemuan ini merupakan pertemuan yang eksotis, dikarenakan kesempatan emas untuk mengunjungi pulau Tagulandang yang terkenal dengan Salak Tagulandang tidak dibuang percuma. Peserta pun melakukan perjalanan rekreasi ke perkebunan Salak dan juga melancong di pantai-pantai wisata dengan panorama yang unik dan menarik. Harapan dari BPH Sinode, Resort dan Jemaat-Jemaat di Tagulandang untuk secepatnya Alkitab bahasa daerah Tagulandang boleh dimiliki telah terjawab sudah dengan kedatangan Team sosialisasi dari PGI dan LAI. Good Luck!!


Sambutan Ketua Umum
BPL Sinode GMIST
atas pernebitan buku nyanyian 'Gion Daralo"

Nyanyian merupakan ungkapan hati dan perasaan orang yang tertuang dalam kata-syair dan nada yang harmonis yang dapat membawa seorang atau sekelompok orang menikmati suasana dan sentuhan hikmat di hadapan Tuhan. Melalui nyanyian kita dapat bersaksi serta mengakui kebesaran kuasa Tuhan atas jagad raya ini dan terus memuliakan nama-Nya.
Melalui nyanyian juga kita membangun persekutuan dengan Tuhan, dan sesama kita dan dengan alam lingkungan dimana kita hidup.Kiat-kiat baik dari orang-orang yang selalu peduli dan terdorong untuk menghimpun nyanyian-nyanyian gerejawi yang telah di gubah oleh pendahulu-pendahulu kita merupakan sesuatu yang bernilai dan perlu dilestarikan. Karena apabila hal itu tidak diperhatikan/dihidup-hidupkan maka secara berangsur-angsur nyanyian-nyanyian tersebut akan hilang di telan zaman. Oleh sebab itu kami menyambut dengan sukacita usaha yang sudah dilakukan oleh BPL Resort Manganitu menginventarisasi jenis-jenis lagu Rohani dalam bahasa daerah Sangihe maupun bahasa Indonesia yang di kemas dalam sebuah buku yang berjudul : “Gion Daralo”.
Kami harap dengan diterbitkannya buku “Gion Daralo” edisi ke II akan melengkapi daftar buku-buku nyanyian gerejawi yang digunakan oleh warga jemaat GMIST pada tiap-tiap ibadah jemaat dan menambah perbendaharaan lagu-lagu gerejawi di kalangan umat yang tekun dan setia beribadah.
Kami menghanturkan terima kasih kepada BPL Resort Manganitu dengan usaha seperti ini dan terima kasih kepada semua pihak yang telah mempersembahkan talenta mereka bagi pelayanan persekutuan Gereja Tuhan dan semoga karya-karya bagi yang dinyatakan dalam kerja sama kita diberkati Tuhan demi hormat dan kemuliaan nama-Nya.


Tahuna, 27 April 2009
BPH Sinode GMIST


Pdt. W.B. Salindeho, S.Th
Ketua Umum

Sidang Resort Siau Barat Jan 09



Sidang Resort Siau Barat di Jemaat GMIST Sion Makalehi
Akhir Januari 2009
Melintasi Laut Hal yang biasa.

Wacana jemaat-jemaat dan tentunya saudara-saudara kita yang berada di kota-kota besar (jemaat Resort INBAR-Jakarta dan sekitarnya) tentang sidang Resort yang dilaksanakan 1 tahun sekali sesuai dengan keputusan Sidang Sinode Lengkap di Ondong Resort Siau Timur 2006, dengan agenda sidang adalah mengevaluasi butir-butir program kemudian dilanjutkan dengan menyusun program pada tahun pelayanan berikutnya tentunya berbeda dalam hal cita rasa pelayanan. Apa yang berbeda ? Kalau di kota-kota besar para pelayan Tuhan sering memakai transportasi darat (motor Honda, mobil dan mungkin ada yang pakai pesawat terbang) tapi yang ini berbeda dan mempunyai warna eksostis yang unik bahkan nuansa kealamian dicampur sedikit resep yang menegangkan alias membuat jantung peserta berdenyut-denyutan. Melintasi laut adalah hal yang biasa dan wajar bagi masyarakat kepulauan, namun apalah sejuta pengalaman menyemberang laut ketika cuaca tidak bersahabat (musim barat/Sangihe :tempong bahe) datang tiba-tiba dengan panorama “kabut, hujan, angin kencang. Inilah suka-duka pelayanan yang harus diterima, kalau meninggalkan berarti dikatakan iman lemah dan menandakan bahwa tidak mempunyai prinsip untuk melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh tapi cuma iseng-iseng.
Akhir Januari bagi masyarakat Sangihe, Sitaro dan biaro adalah masa bertamunya cuaca buruk. Banyak nelayan harus menambatkan katinting, pambot (perahu-motor mencari ikan), namun melalui semangat pelayanan para hamba Tuhan tetap bersikeras hati untuk melaut menuju pulau Makalehi untuk mensuskeskan Sidang Resort Siau Barat. Yesus Kristus adalah Sang Nakhoda Agung yang menuntun pelayaran sehingga segala harapan untuk dapat tiba dan mengikuti sidang terjawab sudah. Sebuah keyakinan iman bahwa laut diciptakan oleh Tuhan Allah untuk menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Cuaca buruk boleh ada tapi pelayaran yang dinikmati oleh Pdt.A. Makasar, M.Th guna menghadiri kegiatan Sidang Resort sebagai tamu dari Sinode GMIST tetap dilaksanakan untuk menjawab kerinduan jemaat Sion Makelehi. (her) Inilah foto-foto keindahan pulau Makelehi bersama danau the lake which small is beautiful.

Jumat, 24 April 2009

Pemulihan dalam bingkai Penginjilan


Nast Bacaan :Kisah Para Rasul Psl.1 : ayat 6-8
Pemulihan dalam bingkai Penginjilan
Oleh : Vik.Pdt.Herman Ginzel,M.Th

Tunas-tunas Injil telah tumbuh di tanah Sangihe melalui benih yang ditabur oleh badan pekabaran Injil NZG (Nederland Zendeling Gereformed) khususnya Badan Zendeling tukang yang difasilitasi oleh Pemerintah Belanda untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan pelayanan (memelihara iman) di Sangihe. E.T. Steler adalah seorang duta Injil Yesus Kristus yang diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus ditugaskan untuk melayani di Sangihe. Lewat semangat pelayanan pekabaran Injil yang dimotoris olehnya maka penduduk/masyarakat Sangihe telah menerima Injil melalui tanda Baptisan Kudus, menghafal doa Bapa kami, pengakuan Iman Rasuli dan lagu-lagu rohani (tahlil) dan diikuti pula dengan pendanpingan-pendampingan yang dalam bahasa kaum Klerus dipakai istilah katekisasi. Cukuplah dengan hal-hal di atas yang boleh dikatakan sangat sederhana namun mempunyai makna dan arti yang begitu dalam bagi pekerjaan pelebaran/perluasan Injil sehingga kita sudah boleh mempunyai Sinode sendiri yaitu sinode GMIST. Lebih penting dari hal itu, adalah kita telah mengenal bahkan telah menerima Yesus Kristus sebagai Sang Penyelamat. Ini merupakan sebuah prestasi penginjilan yang patut dihormati, diteladani dan dibanggakan.
Apa yang dilakukan oleh Steler dan murid-murid-nya pada masa lampau harus dilihat dalam refleksi iman melalui karya teologi dr. Lukas pada nats bacaan kita yang menekankan dua aspek penting yaitu internal dan eksternal. Aspek internal adalah murid-murid meminta dari Yesus supaya dapat memulihkan kerajaan Israel (murid-murid Yesus termasuk dalam kelompok gerakan mesianis yang mengharapkan kerajaan Israel dapat dipulihkan dan kembali memiliki zaman keemasan pada masa pemerintahan raja Daud). Pada sisi eksternal Yesus menjanjikan akan memberikan kuasa kepada mereka melalui tanda Roh Kudus dan para murid Yesus akan menjadi saksi sampai ke ujung dunia yang menggambarkan tapal batas tugas missioner untuk menghadirkan Misio Dei. Ujung Dunia menunjukkan wilayah pelayanan yang luas, untuk itu semua orang yang terlibat dalam pekerjaan sebagai saksi harus diberi kuasa melalui tanda turunnya Roh Kudus pada orang tersebut.

Jemaat Tuhan !
Mengapa sampai Yesus tidak langsung memulihkan kerajaan bagi Israel saat itu ? Tetapi justru Yesus menjanjikan kuasa melalui tanda Roh Kudus ? Jawabnya, Yesus bukan seorang tokoh eksklusifisme yang saat ini menjadi ciri identitas gaya hidup kekristenan dan agama-agama lain di abad ini (modern). Yesus adalah tokoh populis-inklusiv : terbuka untuk menghadirkan kerajaan Allah secara terbuka pula kepada semua orang. Kerajaan Allah yang dirindukan Yesus adalah kerajaan yang harus hadir dalam sebuah semangat penginjilan untuk memulihkan semua aspek kehidupan “ekonomi, politik, social dan budaya dan jauh menembusi batas-batas suku, ras dan agama yang terkurung dalam sektarianisme-primodial. Kerajaan Isarel yang dirindukan oleh murid-murid Yesus kini telah bersemi di Tanah Sangihe melalui E.T. Steler, ia diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus, kuasa eksorsis dan kuasa dunamis yang mampu menciptakan transformasi pada bidang keagamaan, bidang pertanian/perkebunan, teknologi pertukangan, teknologi kelautan tradisional yang ramah lingkungan dan transformasi dalam dunia pendidikan untuk memajukan anak Sangihe. Menghayati dan merefleksikan HUT 62 dan HPI 152 GMIST – 2009, maka sebagai orang percaya kita harus mengundang Roh Kudus hadir dalam hati kita masing-masing, agar kita tidak melalukan apa yang kita mau tapi melakukan apa yang Allah mau untuk memulihkan semua keadaan bagi perwujudan kerajaanNya melalui gerakan penginjilan yang terorientasi pada pembebasan umat Tuhan. Amin.

Kamis, 23 April 2009

Belajar dari Kehidupan Para Penginjil



Bahan Khotbah singkat
untuk Pembukaan HUT 62 dan HPI 152 GMIST.
Oleh : Pdt.D.J.Walandungo,S.Th.,M.Si
Bacaan : Pengkhotbah 3:1-15
Nas : Ayat 11

Sejarah penginjilan di tanah Sangihe dan Sitaro memperlihatkan suka duka. Bahkan ada beberapa peristiwa memilukan terjadi dalam tahap awal pelayanan. Ketika perahu penginjil Kelling dan temannya mendarat pertama kali di Paseng, Siau; perahu karam dan muatan mereka tenggelam ke laut. Muatan itu pasti barang-barang berharga mengingat alamat tujuan mereka adalah wilayah yang masih asing bagi mereka. Mengalami peristiwa demikian, mereka tidak patah semangat. Hari ini, kita dapat bersaksi buah pelayanan mereka.
Belajar dari kehidupan para penginjil ini, ternyata sebuah sukses dapat diraih jika kita memiliki keberanian menghadapi kesulitan hidup. Namun, acapkali kita berlaku tidak adil terhadap kehidupan ini. Ini nyata jelas dari sikap kita. Kita bagitu gembira menyambut keberhasilan; sebaliknya, kita cenderung meratapi setiap pergumulan hidup. ini jelas sikap yang tidak adil. Mengapa? Karena yang namanya kehidupan, selalu memperhadapkan kita pada dua sisi, ada susah ada senang, ada kesulitan ada kemudahan, ada masalah ada jalan keluarnya. Keduanya selalu silih berganti menjumpai kehidupan kita.
Simpulan atas fakta ini, nyata benar dari kalimat mutiara beikut ini, "Kehidupan merupakan rangkaian berbagai peristiwa, baik atau buruk." Kita semua sesungguhnya berada dalam rangkaian peristiwa.
Kitab Pengkhotbah yang menjadi bacaan kita saat ini membahasakan kenyataan ini dalam tuturan kata hikmat, "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun dibawah langit ada waktunya." Kehidupan ini memperhadapkan kita pada pelbagai kenyataan. Ada pahit, ada manis; ada suka ada duka; ada senang ada susah; begitu seterusnya. Ini realita kehidupan kita yang sesungguhnya. Sekalipun kita telah menyaksikan itu, pikiran kita acapkali menyesatkankita. Kita baegitu menyukai kesenangan dan membenci kesusahan. Padahal, kedua hal ini saling berkaitan. Kita dapat benar-benar menikmati kesenangan jika kita telah melewati kesusahan hidup. Dan kita pun benar-benar merasa susah jika kita baru saja melewati kesenangan. Kesadaran ini mesti ada pada kita agar kita dapat bersikap adil: saat senang tetap dalam kesadaran ada kesusahan; sebaliknya saat susah tetap dalam keyakinan bahwa kesenangan itu akan tiba.
Kehidupan rumah tangga pun sesungguhnya selalu ada dalam pergantian masa. Ada saat kita berada dalam kemalangan, ada saat juga kita sedang berbahagia. Ada saat kita mengalami kesakitan, ada saat juga menikmati kesehatan baik. Jika kita mengalami semuanya itu, satu hal yang harus tetap kita ingat: tidak ada perceraian! Sekali kita menikah, sampai mati kita tetap setia.
Banyak orang pada tahap awal hidup berumahtangga mendambakan kebahagiaan. Bahkan ada yang begitu meyakini bahwa pernikahan merupakan pintu kebahagiaan. Orang yang menganut pandangan ini, gampang kecewa dalam pernikahan. Mengapa ? Karena hidup ini tidak seindah puisi. Kehidupan kita selalu berada dalam bingkai : silih berganti.
Sekalipun demikian, Tuhan merancang yang terbaik bagi kita. Ayat 11 menegaskan, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya." Kalimat ini merupakan sebuah jaminan dari Tuhan. Kehidupan ini tidak selamanya buruk dan tidak selamanya juga menyenangkan. Tetapi ada waktu Tuhan; waktu di mana Tuhan membuat segalanya menjadi indah. Coba kita renungkan jalan hidup Yesus. Saat Yesus tam;il sebagai pengajar, tidak semua orang menyukainya. Para tokoh agama dan pemimpin masyarakat begitu membencinya. Tidak berhenti sampai di situ, mereka pun membunuhnya. Tetapi akhir dari semuanya itu ? Kita melihat keindahan itu. Yesus bangkit dan mengalahkan maut. Tanpa melewati penderitaan hidup tidak mungkin kita melihat keindahan dari Tuhan.
Sekarang kita telah menyaksikan keindahan buah pekabaran Injil para zendeling tukang beberapa tahun silam. Mereka begitu berani menghadapi pahit getirnya kehidupan. Akibatnya, mereka menuai sukses. Bagaimana dengan kita ? Apakah kita memiliki keberanian untuk menghadapi setiap masalah ? Amin.

Rabu, 22 April 2009

Sunset di Jemaat GMIST Nazareth Lesa Tahuna


Tamasia Bahari..dalam rangka WOC dan CTI Mei 2009 merupakan hajatan penting yang tidak boleh terlewatkan oleh semua pesiar 'touris manca negara dan lokal. GMIST mempunyai begitu banyak situs sejarah yang boleh dipamerkan dalam kegiatan WOC (a.1. Rumah peninggalan E.T.Steler di Resort Manganitu dan di pegunungan Manganitu dengan taman yang begitu indah. Tempat wisata yang tidak boleh dilewati ketika bertandang ke perbatasan Nusa Utara di Tahuna adalah kampung Lesa dengan nuansa alami yang masih original. Sunset "menikmati pemandangan tenggelamnya matahari dari atas tepian garis batas bumi" merupakan perjalanan yang amat menyenangkan ketika anda dapat berkunjung ke pantai Lesa dimana jemaat GMIST Nazareth Lesa didirikan, hanya dengan 8 langkah ayunan kaki menuruni beberapa anak tangga kita dapat menginjakkan kaki di atas pasir pantai yang begitu indah pemandangannya. jangan lewatkan waktu liburan anda untuk mengunjungi pantai yang menawarkan eksotisme.

Gereja GMIST Nazareth Lesa diperluas


Peletakan batu pertama pelebaran gereja GMIST Nazareth Lesa.
Sabtu, 31-03-2009 tepat jam 17.00 wita jemaat GMIST NAZARETH LESA Mengadakan ibadah syukur peletakan batu pertama pelebaran gedung ibadah lama. Hadir dan dipercayakan untuk meletakan batu dasar pembangunan dari BPH Sinode (Pdt.A.Makasar,M.Th) didampingi oleh Pnt.Dice Korneles,SE,S.Th sementara dari pemerintah Bapak Wakil Bupati Pnt.J.E. Gaghana,SE.,MM juga diberikan kepercayaan untuk meletakan batu dasar. Ibadah syukur dipimpin oleh Pdt.E.Diamanis,S.Th. Dalam khotbanya beliau menekankan pentingnya kesadaran spritual dengan menempatkan locus pelayanan pada perhatian untuk membangun Rumah Tuhan. Karena reformasi iman/spritual tanpa merenovasi Rumah Tuhan ini menjadi sebuah catatan krusial bahwa eksistensi kerohanian dan esensial tanggung jawab iman perlu dipetanyakan dalam konsep pelayanan kesaksian yang tidak hanya ekstrovert tapi harus introvert dalam hal membenahi segala hal yang penting agar segala kerinduan jemaat untuk dapat menghayati makna ibadah dalam persekutuan ibadah dapat dimaknai. prinsip tanggung jawab dan partisipatif aktif dengan menunjukkan tanggung jawab dalam konsep dipersekutukan untuk saling memberi dan melengkapi.
Wakil Bupati sebagai Ketua Pelka Pemuda Sinode GMIST hadir dengan para Muspida memberikan bantuan berupa bahan material yang akan dipakai untuk suksesnya program pembangunan Gedung Gereja Lesa.

Kamis, 02 April 2009

Membangun Rumah Tuhan adalah bagian dari Iman


Peletakan Batu Pertama
Gedung Kanisah Jemaat Talitakum Bowongbuase.
GMIST Resort Manganitu
1 April 2009.


Dalam rangkaian kegiatan ibadah syukur yang ditandai dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung Kanisah Jemaat Talitakum Bowongbuase, oleh Pdt. W.B.Salindeho, S.Th (Ketua Umum Sinode GMIST) ada sesuatu hal yang menarik perhatian jemaat dan masyarakat karena di sela-sela kegiatan ibadah tersebut perwujudan tanggung jawab panggilan iman dalam keesaan gereja-gereja se asas acara tersebut dimaknai dengan kegiatan penanaman pohon sebagai tindakan reflektif untuk menyelamatkan lingkungan dan mengantisipasi, meminilisasi lajutnya global warming yang mempunyai efek menghancurkan bumi dan semua species. Papa Ade sapaan akrab, menyampaikan sambutan kepada jemaat bahwa di tengah-tengah krisis keuangan global, gereja tidak harus menjadi gereja yang krisis secara iman. Secara profan krisis keuangan memang menjadi hambatan bagi misi pekabaran Injil, namun itu tidak menutup kemungkinan untuk tetap bersinergi dengan semangat serta keteguhan iman membangun gedung ibadah “Kanisah” sebagai tempat perkumpulan orang percaya “igreja” untuk senantiasa dapat bersekutu, bersaksi dan berdiakonia.
Allah Sang sumber kasih akan senantiasa menopang segala cita-cita dan harapan jemaatNya untuk membangun RumahNya bagi kemuliaan namaNya. Krisis keuangan boleh saja menjadi isu yang menakutkan, namun semua itu dapat dihadapi ketika umat mempunyai kekayaan iman sebagai kekuatan utama untuk mengalahkan bahaya krisis keuangan global. Alam tempat manusia tinggal yang diciptakanNya juga begitu kaya sesuai dengan kekayaanNya. Dengan demikian jangan pernah merusakkan alam yang begitu kaya dan baik diciptakan untuk kelangsungan kehidupan manusia. Semoga iman, kasih dan pengharapan senantiasa menjadi tali pengikat yang mau menjadi sumber inspirator dan sumber motivasi bagi kita semua dalam semangat pembangunan gedung Kanisah. Semoga. (her)

Rabu, 01 April 2009

Renungan Jumat Agung 2009


Binohe Susi Su ellong petatahendungang
Kapapohongu Mawu Yesus Su sambaiang mawantuge


YOHANES l9 : 28 – 30 (Pdt.A.Makasar,M.Th)

Jamaatu Mawu dikekemdage ..!
Pitung kamisa metetatuhu su pangangimang nasuku taumatang sahani dimaleng timole likurang Mawu Yesus nemikule bawawaengu kasasigesa, ku lahe e nawuna bue su wongkong Golguta tampa ni penguruleengu papate. Sahelo ini dunia kimendung batuu kalu pinekehuse nipasaeng kai nipake nipengantongang Mawu sarang pulisu papatene. Kai isai tamegilabe tamakapeto mompe u ello mata, Mawu ene e satiane nepaduli dunia ku kawe bawalise niapakahombangu papate tawe aregane. Kalu pinekehuse nipake su kapapohong nipetatude nakoa tialang sasambangu kakiwalong kasasigesau patiku traumata satia tumole si Kristus sarang papatene. Ualing ene sue long petatahendungangu kapapohong Mawu Yesus sahelo ini, mahi e ikite manarima tentirong pangangimang su kalu pinekehuse nakoa bawawaeng maweha sidutu nipasaeng sarang pengengsuengu pebawiahe.

Jamaatu Mawu dikekendage…!
Su ellong sambaiang ene, ku endai iseseba ellong kapapohong pia isire epa namasaeng kalu pinekehuse/kalung kuruise makoa tiala tatuleng kite ku makaena monara kapapohong I Kristus.

Taumata humotong nemasaeng kuruise ute ianu digantong su sembeka kaihi, isie kai traumata napeneu sungkalange mekekoa patiku tawe ikekapulung Mawu su pebawiahe, ku sarang papatene nigantong su kalu kuruise tawe apa pesasesile, tawe petatobate ku lembone lai kai nipesalang Mawu Yesus su kawasane, uade kai tawe nakaliwire sisire bou silaka himombang su kotou kalu pinengantongang. Bou kalu kuruise ene isie tanakahombang karalunsemahe, tanakahombang kasasalamate batuu isie tawe apa pedarame diangangu Mawu. Isie tanakahombang kalaliwire bou rosane.

Taumata karuane nemasaeng kuruise, ianu nigantong su sembeka koanengu Mawu yesus, isie netengong Mawu Yesus ku namea bawangenge batuu isie kai traumata waradosa tawe hinone maene dingangu Mawu Yesus su tampa pengagantongang. Su penanarakangu watangeng isie nakahombang kalampung bou rosane, su tengong Mawu Yesus isie nedorong kamageng Mawu Yesus makoa datung salamate tahendunge wue ia. Kalu kuruise nipasaeng nebawa sisie nakapesombang dingangu Mawu, ku ndai sne isie nakahombang karalunsemahe.

Taumata katelune nemasaeng kuruise, ianu wuhue nikasilo narenta bou soa baline ku iseseba si Simon bou beou Kirene, ku mesulungu nipetatude nipemasaeng kalu pinekehuse ene dingangu nipelo su wembange, isie bega mensang apa timonane ndai ene. Kalu kuruise ndai kerene makoa dalenteengu daralengangu pebawiahu taumata magimang. Isie namasaeng kalu kuruise kai nagambang pesasitori ku ualingu satiane I Simon nakapasaeng kalu ene sarang bongkong Golguta, I sie nakaeba Mawune, nakahombang si Kristus.

Taumata kaepae nemasaeng kuruise, taweu waline ute Mawu Yesus sesame, dingangu satiane tadeau kebi patiku taumata makahombang karaliwire. Isie nipaku su kalu ene nenarakang batangeng takadeakengu patiku taumata makahombang kasasalamate dingangu maliu bou silaka u papate.

Su ello mawantuge ini ikite lumiage su sasombou pangangimang baugu monara maselahe nikoa u Mawu Kaselaheng nangaliung patiku pesasala ku I kite nibawawa sarang pebawiahe napeneu karalunsemahe.
Kariang kamang apang mamasaeng kalu kuruise, ku makaene pelesang Mawu neliu si kite bou kasasigesa. Kalu kuruise kai tiala Mawu mepepaduli sentinia taumata mebebiahe su kasasigesa, mesulungu bungang u aghe niuno su anggore ni inunge. Aming.

Senin, 23 Maret 2009

Awan Dukacita menyilimuti GMIST


GMIST BERDUKACITA,
SEORANG HAMBA TUHAN "Pnt. Israel Pelongan (alm), Senin, 16 Maret 2009 telah dipanggil pulang ke pangkuan-Nya (masuk sorga). Manusia mengira-ngira jalan tapi Tuhan yang menentukan. Kuasa-Nya telah dinyatakan dalam kematian sebagai jalan keselamatan yang harus dilalui oleh hamban-Nya Bapak Israel Pelongan dalam keseharian tugas sebagai anggota BPL Sinode GMIST. almarhum meninggal karena 'diagnosis" sakit perut yang dialami pada hari jumat tanggal 13 Maret 2009, dan menurut dokter di RS Liung Kendage Tahuna, beliau menderita penyakit dalam, dengan demikian komplikasi dengan sakit perut telah menyebabkan almarhum meninggal dunia. pelayat duka membanjiri Rumahnya di kompleks pasar towo depan restauran Jein. Seorang Ayah, seorang hamba telahmeninggalkan semua orang yang ia kasihi dan cintai. Ibadah pemakaman jenazahnya berlangsung pada hari Kamis, tanggal 19 Maret 2009. Ibadah pemakaman di laksanakan di Rumah almarhum. Hadir BPL-BPH beserta seluruh pelayan gereja (Pendeta, vikaris, dan seluruh majelis jemaat Patmos Tahuna), dari pemerintah hadir mewakili Bupati dan Wakil Bupati yang sementara menjalani masa cuti kampanye adalah asisten III (Bpk Pnt. Drs. S.T. Makagansa, MM) hadir memberikan sambutan duka bagi keluarga dan para pelayat duka. Hadir memberikan sambutan duka dari pihak GMIST adalah ketua Umum Sinode GMIST (Pdt. W.B. Salindeho, S.Th).
Ibadah pelepasan jenazah dari rumah menuju Gereja dilayanai oleh Pdt. E. Diamanis, S.Th (Ketua Resort Tahuna), dan ibadah pemakaman yang dilaksanakan di dalam Gereja GMIST Patmos Tahuna di pimpin oleh Pdt. A. Makasar, M.Th dan selesai ibadah pemakaman di Gereja, jenazah pun di bawa ke desa Tawali.
Kabut duka pun menghiasi suanan ibadah pemakaman, isak tangis dan linangan air mata membajiri tempat ibadah....kini GMIST telah kehilangan seorang tokoh gereja yang visioner dalam perjalanan ziarah tugas pengabdiannya bagi pertumbuhan gereja Tuhan di Sangihe.

BPH dan BPL serta semua pelayan (Pdt. Vikaris, dan seluruh majelis Jemaat) menyampaikan turut berduka cita yang amat dalam dan selalu mendoakan semoga Tuhan Yesus senantiasa menjadi penghibur dan selalu memberikan kekuatan bagi keluarga.


GMIST MENYAMBUT WORLD OCEAN CONFERENCE (WOC), MEI 2009
21 Maret 2009

World Ocean Conference telah diambang pintu, tepatnya bulan Mei 2009 mendatang. Berbagai hal telah dilakukan melalui langkah strategis sebagai bagian dari partisipasi Gereja dalam pembangunan bangsa dan negara. Iven bertajuk Internasional ini disikapi dengan penuh keseriusan oleh BPL dan BPH Sinode GMIST, melalui beberapa program yang teramandemen pada Sidang Sinode Khusus di Resort Tagulandang. Kalau pun Pengkab Sangihe melalui seluruh stake holder telah membenahi segala sarana-prasarana untuk menunjang WOC yang dilaksanakan oleh pemerintah Propinsi Sulut, maka GMIST pun tidak hanya menjadi penonton, tetapi terlibat secara partisipatif melalui beberapa action plan, a.1. Pembenahan segala aset GMIST 'SITUS SEJARAH' penginjilan yang telah ditinggalkan oleh Zendling 'VOC' melalui lembaga misioner yang menangani tenaga misionari "zendling tukang' 'E.T. Steller (Makam E.T. Steler di Manganitu beserta dengan rumah Tua, Perumahan dan juga sekaligus rumah tempat pembinaan guru-guru Injil di Gunung Manganitu) dan kawan-kawan yang dikirim ke Indonesia Timur untuk menjawab kebutuhan pelayanan gereja.
Di gunung Manganitulah, pada : Sabtu, 21 Maret 2009 Ketua Sinode (Pdt. W.B. Salindeho, S.Th), Sekretaris Umum (Pdt. P. Madonsa, S.Teol), Vik. Herman Ginzel, M.Th (Pimpinan Redaksi Buletin Corong Mimbar GMIST) dan Pdt. Ronny Lewerissa, S.Si (Sekretaris LPM-PARPEM GMIST) bersama dengan masyarakat kampung dan BPH Resort Manganitu serta jemaat yang ada di sekitar perumahan E.T. Steler di Gunung mulai membenahi, membersihkan dan membicarakan beberapa hal teknis dan taktis untuk turut mensukseskan WOC. Di Rumah Tua tanpa penghuni pada halaman depan bagian kanan terdapat 2 buah pohon beringin besar yang begitu rimbun, dalam tatapan yang menerawang membuat jatung agak sedikit berdebar karena suasananya agak sedikit mencekam 'seram'.
Dinding yang terbuat dari kayu sudah mulai lapuk termakan hujan dan panas, ada jejak-jejak kehidupan di dalam melalui beberapa tanda bekas-bekas binatang hutan "Kelelawar" yang beterbangan keluar dan juga pada dinding dan loteng 'flafon' tampak pemandangan indah 'ada sarang burung walet yang menempel begitu banyak'. Wah harta karun yang belum digali potensinya di Rumah peninggala E.T. Steler.
Di bagin belakang 'dulunya' satu bilik kamar tidur kini sudah rusak, karena dinding dan atap telah hancur dimakan rayap dan terkubur dalam pembusukan. Namun keindahan rongsokan peti "brangkas" tempat penyimpanan harta dan uang tergeletak di atas lantai yang penuh dengan rayap tumbuhan jalar. Ketika didekati, ternyata brangkas tersebut sudah terbuka dan di dalamnya hanya ada sarang laba-laba, se ekor laba-laba dan gumpalan tanah-tanah yang mempercepat pembusukan brangkas baja tersebut. Wah...situs sejarah yang tidak mendapat perhatian untuk dirawat serta difasilitasi sebagai media potensi wisata untuk gereja maupun pemerintah.
Apa tanggapan ketua Umum Sinode GMIST, papa Ade panggilan akrab, menyampaikan dalam percakapan dengan saya, Brangkas ini baiknya diamankan dibersihkan, lalu bagaimana caranya agar kelihatan agak sedikit indah tanpa meninggalkan kesan sebagai situs sejarah peninggalan. Kalau boleh dibuat lemari kaca untuk dipajang, supaya tamu-tamu manca negara 'tourism lokal dan internasional' dapat melihat situs sejarah peninggalan Zendling di Gunung.
Matahari sudah mulai tinggi, semangat para team kerja untuk membersihkan 'bukan membedah" pun terus mengalir tak henti-hentinya, tepat pada jam 01.00 Wita semua menikmati waktu istirahat untuk santai sambil menikmati makan siang yang telah disediakan oleh pelka perempuan jemaat. Apa yang disantap di serambi Rumah Tua E.T. Steler : Wah, di meja telah disediakan bubur campur kelapa stengah tua, ada pisang goreng dan teh gula...Ketua Sinode pun dan Sekum mempersilahkan para pekerja untuk makan. Sambil makan ternyata ada tamu yang datang...dan dari informasi rupanya mereka juga mempercakapkan mengenai persiapan untuk menjemput WOC...pembaca...di Gunung tepatnya di depan rumah E.T.Steler ada obat mujarab yang menurut kepercayaan masyarakat dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Mau tau apa obatnya : rumah semut 'benalu batu" yang tumbuh di pohon beringin dan pohon cengkih tepatnya di depan rumah Tua...
Jam telah menunjukkan pukul 02.00, halaman rumah sudah dibersihkan, dan tampaklah pemandangan yang begitu indah dan asri. Di depan rumah "halaman rumah" ada potensi perikanan "ada kolam' tambak ikan" yang di buat oleh Steler dulu. Di tata begitu indah dan apik...airnya kalau sudah kembali mengalir maka perpaduan arsitek buatan tangan manusia dan arsitek alamiah akan menunjukkan keindahan yang tidak tiada taranya. Sebuah ases gereja yang dapat dijadikan sebagai objek parawisatan dunia...semoga...(her).